Berikut Pendapat Ulama Tentang Waktu yang Tepat untuk Meraih Lailatul Qadr 

2024-09-21 18:52:23
Ilustrasi
SINJAI, insidepontianak.com - Keberadaan malam lailatul qadr sepeninggal Nabi Muhammad SAW memang menjadi topik yang masih diperdebatkan di kalangan ulama. Meskipun keutamaan malam lailatul qadr ini bukan hal yang tabu di kalangan umat muslim. Masalah keutamaan malam lailatul qadar pernah disabdakan secara langsung oleh nabi Muhammad Saw. Namun yang menjadi persoalan adalah Kapan waktu untuk meraih lailatul qadr hingga menimbulkan perbedaan pendapat? Dilansir dari laman bincang Syariah bahwa  persoalan ini, para ulama berbeda pendapat, hingga menjadi empat pendapat. Pertama mengatakan bahwa lailatul  qadar terjadi setiap hari di bulan Ramadhan. Kedua, mengatakan, bahwa lailatul  qadar terjadi di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan tanpa ditentukan apakah pada hari-hari ganjil atau bukan. Ketiga mengatakan, bahwa lailatul  qadar terjadi pada hari-hari ganjil di sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Dan pendapat keempat mengatakan, malam lailatul  qadar hanya bisa diperoleh pada tujuh hari terakhir di bulan Ramadhan. Perbedaan ini didasarkan pada beberapa hadits tentang waktu terjadinya lailatul  qadar yang diriwayatkan dengan berbagai macam matan (redaksi) yang berbeda. Sebagaimana dalam Musnad ahmad, juz 4, halaman 316, redaksi hadis berikut, اِلْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ فِي تَاسِعَةٍ تَبْقَى أَوْ سَابِعَةٍ تَبْقَى أَوْ خَامِسَةٍ تَبْقَى Artinya : “Carilah lailatul  qadar pada malam sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan, pada malam ke sembilan yang tersisa, tujuh yang tersisa dan lima yang tersisa”. Dalam kitab Musnad ahmad, juz 9, halaman 346, اِلْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ يَعْنِي لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلَا يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِي Artinya : “Carilah Lailatul  qadar pada sepuluh hari terakhir, jika salah seorang dari kalian merasa lemah atau tidak mampu, maka janganlah sampai terlewatkan tujuh hari yang tersisa dari bulan Ramadhan.” Dari berbagai perbedaan di atas, Imam al-Syafi’i lebih memilih pendapat ulama yang mengatakan bahwa lailatul  qadar bisa didapat pada hari hari ganjil di sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan. Berbeda dengan al-Qādī Husain, beliau lebih setuju dengan ulama yang berpendapat bahwa malam lailatul  qadar bisa didapat pada malam-malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan, tanpa mengkhususkan pada malam ganjil tertentu. Sebagaimana dalam kitab Mugnil Muhtaj, juz 1, halaman 221 berikut, وَلَفْظُ الشَّافِعِيِّ: “وَطَلَبُهَا فِيْ الْوِتْرِ مِنْهُ  أَيْ: مِنِ العَشْرِ, اَحَبُّ اِلَيَّ”. وَمِنْ هَذَا اَلْخَبَرُ أَخَذَ القَاضِي الحُسَيْنِ تَأَكُّدَ طَلَبِهَا فِيْ الْعَشْرِ اَلْأَخِيْرِ أَيْضاً؛‎ لِأَنَّ الْوِتْرَ لَا يُدْرَي أَنَّهُ أَرَادَ بِهِ المَاضِيَ أَوْ الوِتْرَ المُسْتَقْبَلَ؛ فَيَدْخُلُ فِيْهِ‎ الكُلُّ.‎ Artinya : “Pernyataan imam al-Syafi’i: “Mencari lailatul qadr pada malam ganjil dari sepuluh terakhir bulan Ramadan lebih aku sukai”, dari pernyataan imam al-Syafi’i ini ada sebuah hadis yang dijadikan dasar dari kesunahan mencari lailatul qadr pada sepuluh terakhir bulan Ramadan (tanpa mengkhususkan pada malam-malam ganjil). Karena tidak diketahui malam terakhir yang telah lalu ataukah yang akan datang, maka masuklah semua sepuluh hari tersebut.” Demikian penjelasan kapan waktu untuk meraih Lailatul  qadar? Malam yang lebih baik dari seribu bulan. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam. (Zumardi IP)  

Leave a comment