Kisah Kehidupan Pasangan Lansia di Gang Sakura yang Tewas Dibunuh, Tetangga Ikut Kehilangan
PONTIANAK, insidepontianak.com – Kasus pembunuhan pasangan suami istri lanjut usia, Acu (74) dan Abun (65) di Gang Sakura, Kubu Raya, yang terjadi pada Minggu (24/9/2023) malam, masih menyisahkan traumatik bagi orang-orang sekitar.
Darsih salah satunya. Sebagai tetangga yang sangat dekat dengan korban, ia mengaku sampai sekarang masih syok.
Pasalnya, beberapa hari sebelum peristiwa tragis itu, Darsih mengaku masih bercengkerama dengan kedua korban.
Bahkan, ia ingat betul ucapan terakhir Acu dan Abun sebelum menutup perbincangan mereka di siang itu.
“Saya mau tidur, mau istirahat,” kata Darsih menirukan percakapan terakhirnya dengan kedua korban.
Ia tak menyangka, rupanya kata-kata itu menjadi ucapan pamit bagi pasangan lansia itu beristirahat untuk selamanya.
“Saya ikut terpukul, karena sebelum kejadian, sorenya saya masih sempat berbicara dengan Ama (Acu),” kata Darsih.
Ia pun mengenal kedua korban orang yang baik. Karena itu, ia tak habis pikir, kedua korban dihabisi secara sadis dan mengenaskan.
Walau, hanya sebatas tetangga, Darsi turut merasa kehilangan. Juga merasakan kesedihan yang mendalam.
Sebab, kedua korban selama ini menjadi tempatnya bercerita jika ia ada masalah. Sosok Acu dan Abun sudah ia anggap sebagai orang tua sendiri.
“Selama ini, Ama (Acu) seperti ibu saya. Almarhum tempat saya mengadu dan curhat jika ada permasalahan di dalam hidup saya,” kata Darsih sembari menangis, Jumat (29/9/2023).
Darsih sendiri merupakan perantauan dari Jawa. Ia bersama suami sudah 30 tahun hidup bertetangga dengan korban. Maka tak heran, jika ia merasa sangat dekat dengan keduanya.
“Saya sudah 30 tahun mengenal mereka, bahkan sekarang cucunya juga saya yang mengasuhnya,” kata Darsih.
Menurut Darsi, almarhum Acu dan Abun memiliki tiga anak. Dua laki-laki dan satu perempuan. Semuanya sudah menikah.
Namun, pasangan lansia itu memilih tetap tinggal di rumahnya, dengan aktivitas berdagang dengan membuka toko kelontong.
Darsi mengatakan, ketiga anak-anak sudah mandiri. Secara ekonomi sudah berkecukupan dan mapan.
Karena itu, almarhum sudah beberapa kali diminta pensiun dan tinggal bersama sang anak.
Namun mereka tak mau dan kekeh ingin berkegiatan supaya tak merepotkan anak-anaknya.
“Sebelum sakit-sakitan, Akong (Abun) juga pernah berjualan BBM untuk bahan bakar kapal,” ujar Darsih.
Sehari-hari keduanya hidup menjadi pasangan lansia yang harmonis. Sangat bahagia menjalani hari-hari tuanya.
“Kadang suka lihat mereka makan berdua di depan rumah,” kenang Darsi.
Keduanya pun juga peduli dengan warga sekitar. Tak pernah ada masalah dengan masyarakat.
Sebab itu, Darsi mengaku tak menyangka korban dihabisi secara sadis oleh orang yang biasa dibantunya.
“Padahal korban biasa juga terlihat selalu membantu pelaku,” kata Darsih.
Adapun pelaku yang membunuh kedua pasangan lansia itu berinisial KM, tetangga korban. Pelaku sudah diringkus oleh Satreskrim Polres Kubu Raya.
Polisi mengungkap, motif pembunuhan itu karena pelaku kepergok mencuri di toko korban. Tak ingin aksinya ketahuan, KM menghabisi pasangan lansia itu.
“Karena kaget, pelaku mengambil baut besi panjang dan dipukulkan ke kepala korban Acu sampai tidak bergerak,” ungkap Ditreskrimum Polda Kalbar, Kombes Pol Bowo Imantio.
Setelah korban tumbang, pelaku kembali mengambil pisau di meja dan menusuk badan korban berkali-kali.
“Korban ditusuk di perut dan dada,” ujarnya.
Selanjutnya, pelaku menuju kamar korban Abun yang tengah terbaring karena sakit stroke dan menghabisinya secara sadis, dengan memukul kepalanya berulang-ulang dengan besi panjang serta dibekap dengan bantal.
“Setelah itu, pelaku juga menusuk korban berkali-kali di bagian perut,” ungkapnya.
Menurut Bowo, pelaku diketahui sudah dua kali kepergok melakukan pencurian di toko korban. Namun, tak pernah dilaporkan. Pelaku juga tercatat sebagai resedivis pelaku pembunuhan anak.
Atas perbuatannya itu, pelaku dijerat Pasal 365 KUHP dengan ancaman hukuman pidana maksimal 15 tahun. (greg)***
Leave a comment