Rawat Kebudayaan, Batari Taji dan Ciayumajakuning Gelar Edukasi dan Jemasan Puasaka

2024-09-20 11:21:08
Foto bersama jajaran pengurus Batari Taji Kalbar dan Ciayumajakuning Kalbar dalam kegiatan Harlah ke-7 Ciayumajakuning sekaligus edukasi jemasan pusaka, Minggu (7/7/2024). (Istimewa)

PONTIANAK, insidepontianak.com - Paguyuban Pencinta dan Pelestari Tosan Aji atau Batari Taji Kalbar, bersama Pguyuban Ciayumajakuning Kalbar menggelar edukasi sekaligus melaksanakan jemasan pusaka. Kegiatan ini digelar di sebuah kafe di Jalan Ampera, Minggu (7/7/2024). 

Ritual jamasan pusaka memiliki arti memandikan, mensucikan, membersihkan, merawat dan memelihara benda pusaka. Dalam tradisi masyarakat Jawa, jamasan pusaka merupakan tradisi masyarakat Jawa di Bulan Suro. 

Tradisi ini dilakukan oleh orang yang memiliki tosan aji atau benda pusaka tradisional dari besi yang bernilai. Jenisnya beragam, ada keris, mandau, cudik, dan tombak yang tersebar diberbagai wilayah. 

Kegiatan yang digelar Ciayumajakuning dan Bastari Taji menjadi yang pertama kali di Kalbar. Tujuannya tak lain merawat kebudayaan sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya pelestarian benda pusaka.  

Acara ini turut dihadiri sejumlah organisasi masyarakat. Mulai dari Persatuan Orang Melayu dan beberapa ormas lainnya. Dalam kegiatan ini ada edukasi pencucian benda pusaka hingga serasehan mengenai pusaka. 

Ketua Batari Taji Kalbar, Dennis mengatakan, Batari Taji adalah paguyuban yang berfokus pada edukasi kepada masyarakat terkait pelestarian pusaka yang merupakan warisan budaya leluhur bangsa. 

"Namun, karena bertepatan dengan 1 Muharam, kita juga melaksanakan jemasan pusaka bekerja sama dengan Ciayumajakuning yang kebetulan Harlah ke-7," kata Dennis. 

Kegiatan ini digelar merupakan upaya merawat budaya masyarakat jawa. Sebab, bagi masyarakat jawa setiap 1 Muharam identik dengan pencucian tosan aji atau yang dikenal dengan pusaka yang terbuat dari besi. 

Namun, kegiatan ini pertama kalinya dilaksanakan di Kalbar. Kegiatan ini sekaligus dirangkaikan dengan Harlah ke-7 Ciayumajakuning. 

"Pada kegiatan ini juga dilakukan edukasi bagaimana pencucian dan merawat benda pusaka, agar tetap dalam kondisi baik, " terangnya. 

Namun demikian, prosesi pencucian tosan aji yang dilakukan sedikit berbeda. Penasehat Batari Taji, Herjunaidi menambahkan, proses jemasan pusaka yang digelar tersebut, sama dengan apa yang dilaksanakan masyarakat jawa lainnya. Namun, kegiatan itu tidak mengunakan dupa dan bunga. 

"Ini yang pertama di Pontianak. Yang berbeda kita tak menggunakan dupa dan bunga seperti jaman dulu," terangnya. 


Penasehat Paguyuban Batari Taji, Herjunaidi memimpin prosesi jemasan pusaka yang digelar sebuah kafe di Jalan Ampera, Minggu (7/7/2024). (Istimewa)

Ingin Ubah Mindset

Ketua Paguyuban Ciayumajakuning, Otong Cakrabuana mengatakan, pusaka tradisional atau tosan aji kerap dikaitkan dengan hal mistis. Karena itulah, lewat kegiatan ini mereka ingin merubah mindset masyarakat, bagaimana merawat dan melestarikan pusaka secara ilmiah. 

"Kita ingin memperagakan bagaimana pencucian pusaka untuk marawat besi agar tidak ada karatan dan korosi. Tidak ada yang menampilkan yang horor," terangnya. 

Dengan demikian, budaya masyarakat tak ditinggalkan dan masyarakat juga mendapat edukasi bagaimana merawat benda pusaka yang dimiliki dengan benar. 

Pusaka Terancam Hilang

Sementara itu, Ketua Bidang Litbang Batari Taji, Agus Suwarno mengatakan, ketika berbicara tosan aji kerap dikaitkan dengan keris, tombak, pedang dan sebagainya.Tosan memiliki arti besi, dan aji memiliki makna nilai. Jadi tosan aji merupakan besi bernilai tinggi.

Tosan aji sendiri merupakan warisan nenek moyang Indonesia, yang menjadi jati diri dan identitas bangsa. Keberadaan tosan aji, kata Agus menyebar dari Sabang sampai Marauke. Namun, pelestarian pusaka tradisional memerlukan komitmen bersama masyarakat.

 "Kalau tidak khasanah budaya yang mahakarya pasti akan punah. Kalau tidak sekarang kita akan kehilangan segalanya," terangnya. 

Ada beberapa fungsi tosan aji. Diantaranya fungsi, sosial dan religius. Fungsi teknomik yang secara harfiah berfungsi untuk memotong dan melindungi diri, sementara fungsi sosial sebagai penanda kalangan kerajaan. Lalu fungsi religius, yakni tosan aji kerap digunakan dalam kegiatan keagamaan. 

"Ini fungsi religius ketuhanan manusia mengutarakan isi hatinya dan cintanya dalam bentuk," terangnya. 

Bahkan, warisan pusaka ini kerap membuat para kolektor luar negeri berani membeli dengan mahal. Karena itulah, dia mengajak masyarakat untuk melestarikan warisan nenek moyang tersebut sehingga bisa diteruskan ke anak cucu kita. 

"Mengajak semuanya mencintai dna melestarikan nenek moyang kita dari sekarang agar diwariskan pengetahuan ke anak cucu," terangnya. 

Penasehat Batari Taji, Suryo menyebut, Batari Taji juga terus megedukasi generasi muda untuk mencintai tosan aji. Jangan sampai kebudayaan masyarakat hilang karena selalu dikaitkan dengan hal mistis. 

"Kita terus berupa menimbulkan kecintaan khususnya generasi muda terhadap pusaka," terangnya. 

Ia menjelaskan, kebiasaan mencium keris yang dianggap hal mistis. Padahal, kata Suryo itu hanya bentuk penghormatan dan bentuk ekspresi terhadap benda yang dikagumi. Sama seperti atlet yang memenangkan pertandingan lalu mencium bendera.

"Dengan edukasi yang terus kita lakukan kita harapkan dapat menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap benda pusaka," pungkasnya.***

Leave a comment