Orang Tua dan Guru Penting Diskusi Soal Pilihan Jurusan, Anak Jangan Salah Jurusan

2025-04-19 14:45:15
Ilustrasi siswa SMA/PIXABAY
PONTIANAK, insidepontianak.com - Para guru dan orang tua memiliki peran penting dalam menciptakan berdialog dengan siswa mengenai pemilihan jurusan di sekolah menengah atas.

"Jadi, pada dasarnya adalah anak mempunyai kesadaran akan potensi dirinya, keinginannya, dan lain-lain, dan bukan keinginan orang tuanya atau sekolahnya," kata Psikolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Novi Poespita Candra. 

Kata dia, dialog intens dengan anak mengenai apa sebenarnya kesenangan anak, baik dari potensi, harapan, atau alasan yang membuat anak senang belajar.

"Sehingga bisa bersama sama mencari beberapa alternatif yang mungkin bisa dicoba oleh anak kita," katanya. 

Pengamat perkembangan anak, remaja, dan pendidikan dari Fakultas Psikologi UGM itu mengemukakan perlunya para guru dan orang tua menyampaikan informasi jelas mengenai masing-masing jurusan di sekolah menengah atas (SMA) beserta opsi pendidikan lanjutannya di perguruan tinggi. 

Orang tua dan guru dapat membantu anak mengenali studi-studi lanjutan di perguruan tinggi yang bisa dipilih berdasarkan masing-masing pilihan jurusan di SMA.

Informasi mengenai pilihan studi lanjutan bisa diakses melalui situs web perguruan tinggi dan sumber resmi lain serta testimoni alumni.

Dengan bekal pengetahuan mengenai pilihan jurusan SMA beserta studi lanjutannya, anak diharapkan memiliki gambaran mengenai opsi studi yang dapat mendukung pengembangan potensi dan bakatnya.

Dengan demikian, anak bisa menjalani proses pemilihan jurusan secara sadar sesuai dengan kebutuhan dan cita-citanya.

Novi juga mengingatkan bahwa penentuan jurusan yang terlalu dini dan pelabelan jurusan berpeluang menimbulkan pengotakan pola pikir yang bisa membatasi potensi pengembangan diri siswa.

Sebagai gambaran, siswa yang sebenarnya punya minat kuat untuk mempelajari bahasa dapat terdorong untuk memilih jurusan ilmu pengetahuan alam karena jurusan itu dianggap menawarkan lebih banyak peluang dan lebih bergengsi.

"Nah ini akan mengakibatkan rendahnya motivasi belajar, self esteem rendah, dan kebingungan pada pencapaian dalam diri anak," kata Novi. (ANT)

 

Leave a comment