Resital Puisi Gabriela Mistral dalam Bahasa-bahasa Dunia
Dubes Indonesia untuk Chile, Mohammad Anshor, memukau para dubes dari berbagai negara lain seperti Maroko, Thailand, Mozambik, Finlandia, Perancis, Italia, China, Yunani, Austria, German dan banyak lagi dubes atau perwakilannya yang hadir di acara Resital Puisi Gabriela Mistral dalam bahasa-bahasa dunia.
Acara yang digelar pada Rabu malam, 14 Desember 2022, di perpustakaan kota Santiago itu, sungguh merupakan sebuah penghargaan luar biasa pada penyair perempuan kebanggaan Chile, Gabriela Mistral peraih Nobel sastra itu.
Dua tahun sebelumnya, acara ini digelar untuk pertama kalinya di sebuah gedung yang kini telah terbakar oleh para pengunjuk rasa, saat gonjang-ganjing politik bergejolak di Chile pada 2020.
Konsep acara ini sebenarnya sederhana, namun sangat menarik. Yaitu, pembacaan puisi-puisi Gabriela Mistral dalam berbagai bahasa dunia yang dilakukan oleh para duta besar atau yang ditugaskan untuk membacanya. Setiap dubes memilih sendiri puisi yang akan mereka bacakan dan menerjemahkannya dalam bahasa mereka.
Dubes kita, Mohammad Anshor membacakan salah satu puisi Gabriela Mistral yang disukainya dan telah diterjemahkannya sendiri ke bahasa Indonesia. Puisi itu dalam bahasa Indonesia diberi judul “Nyanyian untuk Pohon”, merupakan puisi Gabriela Mistral yang sangat khas.
Pohon, kau kabarkan pada orang lewat
tentang kelembutan kehadiranmu
dengan naungan bayangan luas yang meneduhkan
dan dengan rindangnya esensimu.
Kau ungkapkan kehadiranku
di padang rumput kehidupan
lembut dan hangat pengaruhku
sebagai mahluk yang diberkati
Sekilas Dinamika Hidup Gabriela Mistral
Buat aku tenang, buat aku tenang/dari ketenangan yang poten/yang memberikan marmer Yunani nafas sucinya
Itulah petikan puisi Gabriela Mistral yang dibacakan Mohammad Anshor dengan setenang rindangnya pepohonan di desa-desa nusantara. Penampil pertama setelah beberapa sambutan singkat malam itu adalah dubes Maroko untuk Chile, Kenza El Ghali. Seorang perempuan yang sangat menghayati puisi Gabriela Mistral yang dibacanya dalam bahasa Maroko.
Meski saya tidak mengerti makna setiap kata yang dibacanya, namun saya bisa merasakan sebuah penghayatan yang memunculkan keindahan puisi itu dalam bahasa Maroko. Lalu ketika penampil perwakilan kedutaan China membacakan karya lain Gabriela Mistral dalam bahasa Mandarin, saya juga merasa seakan diajak masuk pada suatu atmosfir suara yang membuat saya seakan memahami kegelisahan Gabriela Mistral.
Gabriela Mistral yang ditinggal pergi ayahnya Juan Jerónimo Godoy Villanueva, seorang guru dan penyair Spanyol, saat ia masih berumur 3 tahun, bernama asli Lucila de María Godoi Alcayaga. Gabriela Mistral lahir di sebuah desa bernama Vicuña di Chile pada 7 April 1889. Ia tumbuh tanpa sosok ayahnya dan dibesarkan oleh kakek dan neneknya.
Perceraian kedua orang tuanya, tidak membuat Gabriela Mistral membenci ayahnya. Ia seakan bisa berdamai dengan keadaan itu, dan bahkan mengagumi karya-karya ayahnya yang ditemukannya. Karya ayahnya itu diakuinya sebagai pemicu hasratnya menulis puisi. "Those verses of my father, the first ones I read, awakened my poetic passion," ungkap Gabriela Mistral dalam salah satu tulisannya.
Meskipun tidak memiliki ijasah pendidikan guru, karena ia tidak punya cukup uang untuk kuliah pedagogi, Gabriela Mistral berhasil menjadi seorang guru sejak tahun 1908 di sebuah sekolah di La Cantera.
Salah satu periode penting dalam kehidupan Gabriela Mistral selanjutnya adalah, saat ia diminta oleh Kementerian Pendidikan Meksiko untuk tinggal dan bekerja di Meksiko pada Juni 1922.
Ritme kehidupan dan perubahan sosial yang cepat di Meksiko, sangat berbeda dengan gerak perubahan sosial di Chile yang sangat pelan saat itu. Gabriela Mistral pun terpesona dan tiba-tiba merasa menemukan dirinya di pusat episentrum dari sebuah badai tornado besar.
Dari Gabriela Mistral Menuju Chairil Anwar
Puisi-puisi Gabriela Mistral tentu tak bisa dilepaskan dari pengalaman hidupnya yang memang sangat penuh dinamika. Kita bisa menikmati dinamika itu dalam pembacaan puisi yang diiringi gitar dan biola secara spontan, dalam berbagai bahasa dunia.
Kita bisa tersenyum atau terharu saat mendengar perwakilan kedutaan Mozambik membaca puisi Gabriela Mistral dengan rima dan logat yang meski asing tapi serasa akrab di telinga kita. Kita juga bisa merasakan dinamika itu dalam puisi Nyanyian Pohon yang dterjemahkan Mohammad Anshor.
beri aku dedaunan luas dan lebat
sebanyak yang mereka butuhkan
mereka yang berada di hutan manusia, yang amat besar
mereka tidak menemukan cabang untuk sebuah rumah
pohon yang menyemangati dimanapun
tubuhmu penuh letupan energi
kau akan bangkit selamanya
sebagai gestur dukungan yang sama
Seusai acara, saya mengatakan pada duta besar kita, ide membuat acara serupa di Indonesia untuk mengapresiasi dan menghormati penyair legendaris kita, Chairil Anwar.
Membaca Puisi Chairil dalam bahasa-bahasa dunia. Begitu kira-kira judul acara itu yang semoga bisa digelar dalam rangka merayakan 101 tahun Chairil Anwar pada Juli 2023. Anshor pun langsung menyambut antusias gagasan saya.
“Bagus sekali itu, saya bantu nanti untuk mewujudkannya. Para dubes dari negara mana saja pasti senang dan akan mendukung acara itu,” ujar Anshor.
Ketika saya sampaikan juga ide ini pada Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, ternyata Hilmar pun menyambut antusias gagasan ini. Semoga ini menjadi langkah awal untuk mengangkat karya-karya penyair kita ke tingkat dunia.***
Penulis: FX Rudy Gunawan
Leave a comment