Fakta Menarik Istana Niat Lima Laras Batubara, Peninggalan Kerajaan Melayu: Hilang Fungsi Usai Raja Mangkat
MEDAN, insidepontianak.com - Di Kabupaten Batubara, Sumatra Utara, ada sebuah istana yang bernama Istana Niat Lima Laras. Bangunan bersejarah ini merupakan peninggalan dari kerajaan Melayu yang ada di pesisir Selat Malaka.
Kemegahan Istana Niat Lima Laras Batubara hingga sekarang masih bisa dinikmati walau istana ini sudah lama tak berfungsi. Arsitekturnya merupakan gabungan Melayu dan China.
Secara administrasi, Istana Niat Lima Laras ini berada di Kecamatan Tanjungtiram, Kabupaten Batubara. Dibangun ketika kerajaan Melayu pesisir masih jaya, tepatnya pada 1912.
Mengutip kebudayaan.kemdikbud.go.id, Kamis (29/6/2023), sejatinya Istana Niat Lima Laras dibangun pada 1907 dan selesai 1912. Lokasinya dari Kota Medan sekitar 136 kilometer.
Istana ini dibangun berawal dari nazar atau niat seorang Datuk Matyoeda Sri Diraja (Raja Kerajaan Lima Laras XII) yang dikenal dengan nama Datuk Muhammad Yuda. Beliau adalah putra tertua dari seorang raja yaitu Datuk Haji Djafar gelar Raja Sri Indra (Raja Kerajaan Lima Laras XI).
Niat ini berawal dari larangan berdagang yang diterapkan oleh Pemerintahan Hindia Belanda terhadap para raja yang ditentang oleh Datuk Matyoeda. Pasalnya sang datuk sering berdagang hasil bumi (kopra, damar, dan rotan) ke Malaka, Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Sehingga timbul niat/nazar Datuk Matyoeda untuk membangun sebuah istana apabila dapat berhasil dengan selamat. Dan ternyata, Datuk Matyoeda dapat berlabuh di Pelabuhan Tanjungtiram dan juga memiliki untung besar dari berdagang hasil bumi.
Sebagai informasi, Kerajaan Lima Laras sebelum memiliki istana, pemerintahan kerajaannya tunduk pada Kesultanan Siak di Riau dan sejak abad ke-16 sering berpindah-pindah.
Nah, berikut beberapa fakta menarik dari Istana Niat Lima Laras:
1. Habiskan 150 Ribu Gulden
Pembangunan istana menghabiskan biaya sebesar 150.000 gulden. Selain itu, mendatangkan 80 orang tenaga ahli dari negeri China, Pulau Penang Malaysia, dan sejumlah tukang yang berasal dari sekitar pembangunan istana.
2. Raja Mangkat dan Berakhirnya Kejayaan
Hingga berdirinya istana pada 1912. Tujuh tahun kemudian sang datuk atau raja mangkat sekaligus penanda berakhirnya kejayaan Kerajaan Lima Laras. Aktivitas di istana berakhir pada 1923, yaitu akhir dari pemerintahan Datuk Muda Abdul Roni.
3. Berlantai Tiga dan Menghadap Timur
Istana Niat Lima Laras mememiliki luas 102x98 meter dengan denah persegi panjang seperti pola penyusun sebuah kubus atau balok. Bangunan ini berlantai tiga dengan luas 40 x 35 meter. Menghadap ke timur yang ditandai dengan pintu masuk utama berada di sisi timur bangunan.
4. Berarsitektur Melayu dan Berornamen China
Istana Lima Laras mempunyai 4 anjungan yaitu barat, timur, utara dan selatan. Istana iniberarsitektur Melayu, terutama pada model atap dan kisi-kisinya. Namun, ada juga bagian yang berornamen China, terlebih pada lantai pertama yang terbuat dari beton dan yang dipergunakan untuk ruangan musyawarah.
5. Punya 28 Pintu dan 66 Jendela
Lantai dua dan lantai tiga diperuntukan sebagai tempat tinggal keluarga kerajaan dan terbuat dari kayu. Secara keseluruhan istana ini memiliki 28 pintu dan 66 pasang jendela. Untuk menuju ke lantai dua dan lantai tiga mempunyai tangga berputar memiliki 27 anak tangga dari dalam menuju ke atas.
6. Dikuasai Jepang dan Ditempati TNI AL
Pada 1942 tentara Jepang masuk ke Asahan, termasuk Batubara, dan menguasai istana. Pada masa Agresi Militer II, Istana Niat Lima Laras kembali ke Republik Indonesia dan ditempati oleh Angkatan Laut RI di bawah pimpinan Mayor Dahrif Nasution.
Demikianlah beberapa fakta terkait Istana Niat Lima Laras di Kabupaten Batubara. Sebuah peninggalan kejajayaan kerajaan Melayu di pesisir Selat Malaka. Semoga bermanfaat. (Adelina). ***
Leave a comment