Fraksi PAN DPRD Kalbar Kritik IPM Masih Stagnan Padahal Anggaran Pendidikan Besar
PONTIANAK, insidepontianak.com - Fraksi PAN DPRD Kalbar menyoroti angka Indeks Pembangunan Manusia atau IPM Kalbar yang masih stagnan di urutan 30, atau paling bontot, se-Pulau Kalimantan.
Karena itu, mereka menilai program pembangunan pendidikan gagal. Padahal, anggaran pendidikan di Kalbar dalam tiga tahun terakhir sangat besar. Nilainya mencapai Rp5,6 triliun.
Juru bicara Fraksi PAN DPRD Kalbar, Tony Kurniadi mengatakan, pembangunan yang dilakukan pemerintah dapat diukur melalui IPM yang meliputi sektor pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Sementara, mengacu pada United Nations Development Program atau UNDP menyatakan, IPM merupakan proyeksi menjelaskan dimensi penting kesejahteraan masyarakat pada negara-negara, berkembang bahkan negara-negara miskin di dunia.
IPM di Kalbar secara umum, kata Tony, dinyatakan sebagai IPM terendah ke-5 di Indonesia. Bahkan, terendah di pulau Kalimantan.
"Ini menjadi sebuah fenomena anomali karena letak Kalbar yang strategis dan ditunjang dengan potensi sumber daya yang melimpah di wilayah ini, namun IPM masih tergolong rendah dari provinsi lainnya," katanya.
Menurut Tony, jika melihat kondisi IPM di Pulau Kalimantan tahun 2022, IPM Kalimantan Timur atau Kaltim berada paling atas dengan angka 77,44.
Capaian ini menempatkan Kaltim berada pada peringkat ketiga IPM tertinggi se-Indonesia. Sementara, Kalimantan Utara atau Kaltara berada di peringkat 21 dengan persentase 71,83.
Lalu disusul Kalimantan Tengah atau Kalteng dengan angka 71,63 di peringkat 22. Sementara Kalbar masih berada di urutan 30 dengan persentase IPM 68,63.
Fraksi PAN pun menilai, IPM Kalbar di bawah kepemimpinan Sutarmidji-Ria Norsan menjadi juara bertahan lima besar dihitung dari bawah.
Pasalnya angkanya tak mengalami kenaikan signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2019 misalnya, IPM Kalbar hanya di angka 67,65 peringkat 30.
Lalu, 2020 IPM Kalbar naik sedikit menjadi 67,66 dengan peringkat masih 30 se-nasional. Tahun 2021 IPM Kalbar naik lagi sedikit di angka 67,90. Namun peringkatnya tetap di urutan ke-30.
"Di sini menunjukkan bahwa Pemerintah Provinsi Kalbar di bawah kepemimpinan Gubernur Sutarmidji telah gagal menaikkan peringkat IPM Kalbar," kata Tony.
Kegagalan ini ditunjukkan dengan tak terjadinya kenaikan IPM secara signifikan. Bahkan, per tahun tidak mampu menaikkan satu poin.
Padahal, ada daerah lain di Indonesia yang justru mampu meningkatkan IPM-nya. Provinsi Sulawesi Selatan misalnya.
Menurut Fraksi PAN, pada tahun 2019, IPM Sulewesi Selatan berada di angkat 71,66 peringkat 14. Tahun 2020 IPM mereka naik menjadi 71,93 persen, peringkat 12. Tahun 2021, naik laigi di angka 72,24 dan menjadi peringkat 11 se-nasional.
"Di sini dapat terlihat bahwa Provinsi Sulawesi Selatan mampu meningkatkan peringkatnya bahkan sampai mencapai kenaikan 3 peringkat dari peringkat 14 meningkat menjadi peringkat 11," ucapnya.
Atas dasar itu, Fraksi PAN mempertanyakan kenapa IPM Kalbar tidak naik-naik peringkatnya. Padahal, anggaran pendidikan sudah begitu besar porsinya.
“Bukan lagi angka puluhan miliar atau ratusan miliar. Bahkan sudah mencapai angka triliun rupiah,” ujar Tony.
Pada tahun 2019 sendiri, Fraksi PAN mencatat anggaran di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalbar sebesar Rp1,2 triliun, dengan relasi Rp1,1 triliun.
Sementara tahun 2020, anggaran di dinas pendidikan ditambah lagi Rp1,3 triliun, dan realisasi-nya Rp1,2 triliun. Tahun 2021, anggaran di dinas pendidika naik lagi menjadi Rp1, 5 triliun dan realisasi-nya Rp1,4 triliun.
"Sehingga total anggaran pada dinas pendidikan sejak 2019 sampai tahun 2022 sebesar Rp5,6 triliun. Mengapa anggaran yang sudah sebanyak itu tidak mampu juga menaikan peringkat IPM Kalbar barang satu peringkat sekalipun," tanya dia.
Yang lebih ironis lanjut Tony, pertumbuhan ekonomi Kalbar pada tahun 2022 dikatakan cukup baik pada rata-rata rasional yakni 5,07 persen.
"Artinya, di sini ekonomi Kalbar bertumbuh, namun tidak mampu sama sekali menaikkan peringkat IPM Kalbar barang 1 peringkat sekalipun," pungkasnya. (Andi)***
Leave a comment