Sekda Sorot Ketimpangan Pendidikan di Kubu Raya: Fasilitas Ada, Partisipasi Rendah

2025-12-02 14:40:06
Ilustrasi proses ngajar-mengajar di tengah jumlah murid yang minim. (inisidepontianak.com/AI)

KUBU RAYA, insidepontianak.com – Kubu Raya menghadapi jurang pendidikan yang mengkhawatirkan. Di satu sisi, fasilitas dan kesiapan layanan pendidikan dinilai sudah memadai. Namun di sisi lain, tingkat partisipasi sekolah masyarakat justru tertinggal jauh. 

Sekretaris Daerah atau Sekda Kubu Raya, Yusran Anizam menyebut, kondisi ini sebagai masalah serius yang harus segera ditangani.

Data BPS 2025 menunjukkan harapan lama sekolah (HLS) masyarakat Kubu Raya mencapai 13,91 tahun, atau setara pendidikan hingga SMA kelas akhir. 

Angka itu menggambarkan bahwa sarana-prasarana pendidikan sebenarnya sudah mampu menunjang pendidikan 13 tahun.

Namun data itu bertolak belakang dengan rata-rata lama sekolah (RLS), yakni 7,35 tahun atau setara anak kelas satu SMP.

“Ini jurang yang sangat besar. Fasilitas pendidikannya ada, tapi anak-anak kita belum memanfaatkannya,” tegas Yusran kepada insidepontianak.com, Rabu (26/11/2025).

Di samping itu, Yusran mengakui masih ada sekolah yang kondisinya rusak dan butuh renovasi. Namun, masalah yang tak kalah mencolok adalah minimnya jumlah siswa di beberapa sekolah.

“Tahun ini ada beberapa sekolah yang kita usulkan untuk diregrouping (digabungkan) karena siswanya sangat sedikit,” jelasnya.

Menurut Yusran, ini menunjukkan bahwa tantangan Kubu Raya bukan hanya membangun gedung baru, tetapi memastikan sekolah yang ada benar-benar hidup dan terisi murid.

Dilain sisi, Yusran menegaskan, bahwa belanja sektor pendidikan tetap menjadi prioritas utama. Meski APBD 2026 berkurang dari Rp1,9 triliun menjadi Rp1,64 triliun akibat pemangkasan transfer pusat.

“Belanja pendidikan kita tetap di atas 20 persen, di luar gaji guru. Kalau lebih dari itu, akan mengurangi porsi sektor lain seperti infrastruktur dan ADD,” katanya.

Karena itu, perbaikan fasilitas akan dilakukan terukur dan berbasis kebutuhan agar tetap menjaga keseimbangan struktur APBD.

Sementara itu, Yusran menyampaikan, keprihatinan mendalam terkait masa depan generasi muda Kubu Raya.

“Kasian anak-anak kita kalau tidak sekolah. Pola pikir mereka nanti tertinggal. Mereka bisa kalah saing dengan yang berpendidikan,” ujarnya.

Ia mengingatkan, bahwa pemerintah sudah memberikan dukungan besar: sekolah gratis, program Makan Bergizi Gratis (MBG), hingga beasiswa perguruan tinggi untuk siswa berprestasi.

“Kurang apa lagi? Tinggal kita sebagai masyarakat mendorong anak-anak supaya jangan putus sekolah,” tegasnya.

Dengan data BPS menunjukkan fasilitas sudah siap, Yusran menilai fokus pemerintah saat ini bergeser.

“Pekerjaan terbesar kita bukan lagi membangun sekolah baru, tapi mengisi bangku-bangku yang kosong,” katanya.

Ia menegaskan pemerintah akan terus mengawal kebijakan yang mendorong peningkatan partisipasi sekolah, karena pendidikan adalah investasi utama masa depan Kubu Raya.

“Ini tugas kita bersama. Sekolahnya ada, gurunya ada. Tinggal bagaimana kita memastikan anak-anak mau kembali belajar,” tutupnya. (Greg)

Leave a comment