Banjir di Landak Dampak Ekstraksi SDA, WALHI: Tanam Sawit Panen Duit, Kini Berbuah Bencana

2025-01-25 06:06:04
Banjir di wilayah Kabupaten Landak, Menenggelamkan rumah. (Istimewa)

PONTIANAK, insidepontianak.com - Wahana Lingkungan Hidup  (WALHI) Kalimantan Barat menyebut, bencana banjir yang terjadi di Kabupaten Landak dan di berbagai wilayah di Kalbar dampak dari ekstraksi sumber daya alam yang tidak memperhatikan lingkungan. 

WALHI menyerukan agar pemerintah melakukan tindakan serius, melakukan pemulihan wilayah kritis. 

Termasuk juga menghentikan perluasan perkebunan kelapa sawit. Sebab, ditenggarai sebagai salah satu penyebab bencana. 

Kepala Devisi Kajian dan Kampanye WALHI Kalbar, Hendrikus Adam mengatakan, curah hujan yang tinggi hanya pemicu banjir. 

Namun, penyebab utamanya adalah ekstraksi sumber daya alam, dan krisis ekologis yang berlangsung lama, dan bahkan masih terus berlangsung hingga saat ini di Kalimantan Barat. 

"Ini menjadi persoalan utama, sehingga terus terjadi bencana ekologis banjir di berbagai wilayah," kata Adam.

Hal serupa, terjadi di wilayah Darit, Kabupaten Landak, yang saat ini sedang diterpa banjir bandang sejak 21 Januari 2025.

Ini dampak meluapnya limpasan air dari sungai yang menggenangi pemukiman masyarakat.

Karena itu, berkaca dari bencana ekologis yang kerap melanda berbagai wilayah, termasuk Kabupaten Landak, mestinya pemerintah melakukan tindakan serius dalam mencegah praktik ekstraksi sumber daya alam dengan melakukan pemulihan terhadap wilayah kritis yang ada. 

Ia pun menyerukan agar perluasan perkebunan sawit mesti dihentikan. Demikian juga aktivitas perusakan sungai yang menyebabkan terjadinya pendangkalan dan pencemaran.

"Slogan hari ini tanam sawit besok panen duit, kini justru berbuah lain, bukan duit dipanen, tapi bencana," ujarnya. 

Kabupaten Landak sendiri dikelilingi perkebunan kelapa sawit. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, luas tanam perkebunan besar di wilayah ini pada tahun 2023 mencapai 100.770 hektare.

PT Tebar Tandan Tenerah (TTT) anak perusahaan PT Sampoerna Agro TBK memiliki lahan konsesi perkebunan cukup luas di Kemacatan Menyuke. Daerah yang kini paling parah dilanda banjir.

Di samping itu, ada beberapa perusahan di luar kecamatan terdampak, seperti PT Agronusa Investama (ANI) dari Wilmar Grup, dan PT Perkebunan Anak Negeri Pasaman (PANP).

Untuk diketahui, banjir bandang di Kecamatan Menyuke sudah terjadi sejak tanggal 21 Januari 2025. Sampai saat ini belum surut. Ketinggian air mencapat 4 meter. Menenggelamkan rumah. 

BPBD Kalbar melaporkan, 11. 776 warga di sana terdampak banjir. 50 KK sudah mengungsi.*** 

Leave a comment