Dankodaeral XII Cup: Ajang Sumpitan Merawat Warisan Budaya

2025-09-08 16:04:45
Kejuaraan Sumpitan Dankodaeral XII Cup 2025 di Markas Komando Satuan Patroli (Mako Satrol) Kodaeral XII, Senin (8/9/2025).

PONTIANAK, insidepontianak.com – Sorotan mata pria itu tajam menatap sasaran, tubuhnya berdiri tegak dengan sumpit panjang terpegang erat di tangan. 

Nafasnya ditahan sejenak, begitu aba-aba, pelan-pelan dilepaskan anak sumpit melesat ke sasaran. Tak lama, sorak sorai penonton pun menggema menandai keberhasilan mengenai sasaran.

Begitulah suasana yang mewarnai Kejuaraan Sumpitan Dankodaeral XII Cup 2025 di Markas Komando Satuan Patroli (Mako Satrol) Kodaeral XII, Senin (8/9/2025). 

Lomba sumpitan ini menjadi salah satu rangkaian peringatan HUT ke-80 TNI Angkatan Laut, sekaligus upaya nyata melestarikan budaya Kalimantan Barat.

Sebanyak 57 peserta ambil bagian, terdiri dari 40 putra dan 17 putri. Mereka berkompetisi dalam tiga kategori: beregu, perorangan, dan campuran. Tak sekadar mencari juara, para peserta memandang ajang ini sebagai wadah untuk menjaga tradisi sekaligus menyalurkan semangat olahraga khas daerah.

Bagi sebagian orang, sumpitan mungkin hanya permainan tradisional. Namun bagi Kresia Yulita, atlet muda dari Persatuan Sumpit Pontianak, sumpitan adalah adrenalin, konsentrasi, dan juga warisan leluhur yang harus dijaga. 

“Rasanya fokus sekali, ada degup jantung dan adrenalin setiap kali anak sumpit dilepas. Itu yang bikin menarik,” ujarnya dengan senyum semangat.

Kresia turun di dua kategori, perorangan dan campuran. Selama sebulan penuh ia rutin berlatih, meski harus berhadapan dengan tantangan alam.

 “Kalau sore biasanya latihan, kalau libur lebih awal. Kendalanya itu angin, karena sangat memengaruhi arah sumpit,” tuturnya. 

Meski begitu, baginya latihan itu adalah bagian dari kecintaan terhadap olahraga tradisional itu. 

Tahun ini, Kejuaraan Sumpitan Dankodaeral XII Cup 2025 diikuti 57 peserta dari berbagai kabupaten/kota. Ada Pontianak, Kubu Raya, Landak, Kapuas Hulu, Sanggau, hingga Ketapang. Mereka bertanding dalam tiga kategori: beregu campuran, perorangan putra, dan perorangan putri.

Dankodaeral XII, Laksamana Muda TNI Sawa, S.E., M., menegaskan lomba sumpitan sengaja dipilih sebagai ajang utama peringatan HUT ke-80 TNI Angkatan Laut karena sarat nilai budaya.

 “Ini bukan sekadar perlombaan, melainkan juga perekat silaturahmi dan wadah untuk melestarikan budaya lokal Kalbar. Sportivitas lebih berharga daripada sekadar juara,” tegasnya.

Selain lomba sumpitan, rangkaian peringatan HUT TNI AL ke-80 juga diisi dengan berbagai kegiatan sosial. Di antaranya, santunan untuk yatim piatu dan pondok pesantren, bakti kesehatan di SD 68 serta Pelabuhan Rengas, dan bakti sosial di Sungai Rengas.

“Melalui kegiatan ini, kami berharap TNI Angkatan Laut semakin dekat dengan masyarakat sekaligus melestarikan budaya lokal yang menjadi identitas Kalimantan Barat,” tutup Laksda TNI Sawa.

Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono menyampaikan apresiasinya terhadap penyelenggaraan kegiatan tersebut. Ia menyebut, olahraga sumpitan merupakan bagian penting dari identitas budaya  masyarakat Kalimantan Barat.

 “Alhamdulillah, Komandan Kodaeral XII telah menyelenggarakan kejuaraan sumpitan. Mudah-mudahan kegiatan ini bisa menjadi momentum mengangkat kualitas olahraga tradisional sumpitan agar kedepan semakin berkembang ,” katanya.

Ketua Panitia, Kapten Laut (P) David Amirin menerangkan, kegiatan ini mendapat sambutan positif dari berbagai pihak. Total ada tiga kategori yang dipertandingkan, yakni beregu campuran, perorangan putra, dan perorangan putri.

Untuk kategori beregu campuran, tercatat 17 tim ambil bagian. Mereka berasal dari Persatuan Olahraga Rakyat Sumpitan Pontianak, Kortina Kabupaten Kubu Raya, Sumpit Kabupaten Kapuas Hulu, Dispora Landak, Portina Singkawang, Kodaeral XII, serta Polairud.

Sedangkan kategori perorangan putra berjumlah 40 orang dan putri diikuti 17 orang dari berbagai kabupaten/kota di Kalimantan Barat.

“Termasuk Pontianak, Kubu Raya, Landak, Kapuas Hulu, Sanggau, hingga Ketapang,” imbuhnya.

Ia berharap kerja sama lintas lembaga tersebut terus terjalin untuk mendukung pelestarian olahraga tradisional. 

“Dengan kebersamaan dan komunikasi yang baik, kita bisa menjaga budaya bangsa sekaligus menjadikannya sebagai perekat persaudaraan,” tutup David. (Andi)

Leave a comment