Prabasa Turut Berduka, Kenang Sosok Burhanuddin Pejuang Pemindahan Pemerintahan Sambas
SAMBAS, insidepontianak.com - Wakil Ketua DPRD Kalbar, Prabasa Anantatur menyampaikan duka mendalam atas meninggalnya Bupati Sambas periode 2001 – 2011, Burhanuddin A Rasyid, Senin (6/11/2023) pagi.
Di mata Prabasa, Burhanuddin sosok yang ramah, sederhana dan ulet dalam bekerja. Ia sangat dekat dengan almarhum. Sebab, sama-sama memimpin Kabupaten Sambas saat menjadi Bupati dan Wakil Bupati periode 2001-2006.
"Innalilahi wa Innalilahi rojiun. Atas nama pribadi dan keluarga, saya menyampaikan duka mendalam atas wafatnya Pak Burhanuddin," ucao Prabasa kepada Insidepontianak.com, Senin (6/11/2023).
Kabar tersebut membuat Prabasa sangat terkejut. Sebab, secara kebetulan ia juga sedang melaksanakan kegiatan reses di Sambas.
Bagi Prabasa, sosok Burhanudin adalah salah satu tokoh terbaik di Kabupaten Sambas. Ia dan almarhum sama-sama berjuang melakukan pemindahan Ibu Kota Sambas yang saat itu berada di Kota Singkawang.
"Itu akibat lahirnya Undang-Undang Nomor 10 tahun 1999 yang memekarkan Kabupaten Bengkayang. Lalu Ibu Kota Sambas ini dipindahkan ke Kabupaten Sambas yang dulu hanya Kecamatan," jelasnya.
Pemindahan pusat Ibu Kota Kabupaten ini pun memang menjadi dambaan masyarakat Sambas. Sebab, dari sinilah kamajuan Kabupaten Sambas dimulai.
Namun, perjuangan pemindahan Ibu Kota Sambas itu merupakan perjuangan berat. Sebab, pegawai juga harus dipindahkan ke Kabupaten Sambas yang dulu hanya kecamatan. Sementara belum ada gedung pemerintahan saat itu.
Pemkab Sambas saat itu hanya mengontrak dengan kantor yang sangat kecil. Tak cukup menampung seluruh pegawai.
"Jadi akhirnya menumpuk di Sambas, sementara kantor kita kecil, kantor kita waktu itu ngontrak," terangnya.
Menurut Prabasa, untuk mengatur pegawai agar ikut ke Kabupaten Sambas tak mudah. Sebab, tak semua pegawai mau ikut pindah. Beberaoa bahkan masih kekeh bertahan di Singkawang alasan keluarga.
Namun, lewat kepimimpnan Burhanudin, akhirnya pemindahan kota Sambas berhasil. Sebagai Bupati, Burhanuddin turun langsung memotivasi pegawai menerima kebijakan politiknya.
Saat itu, ia menyiapkan bus angkut untuk pegawai. Kendaraan inilah yang mengantar jemput para pegawai setiap hari.
Setelah Pemerintahan Sambas berjalan, barulah jadwal kerja pegawai diatur menggunakan sift. Sebab, kantor kecil membuat semua pegawai tak bisa masuk dalam satu waktu.
"Karena tidak mungkin pegawai hadir tiap hari di kantor. Kantornya sewa di rumah Transmigrasi yang kamarnya hanya satu," kenang Prabasa.
Bahkan, untuk mengejar percepatan pembangunan, Prabasa ingat betul dia bersama Burhan kerap pergi pagi dan pulang hingga larut malam. Tujuannya hanya satu ingin Sambas maju, dan tidak ketinggalan dengan kabupaten lainnya.
"Itu kenangan saya dengan almarhum yang tak bisa dilupakan," tutur Prabasa.
Prabasa mendoakan almarhum Burhanuddin A Rasyid mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan yang maha kuasa, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. (andi)
Leave a comment