Miris, Gedung SDN 17 Sabaran Parit Nyaris Roboh, Siswa Kelas 6 Belajar di Lorong WC

SAMBAS, insidepontianak.com – Gedung SDN 17 Sabaran Parit, di Desa Sabaran, Kecamatan Jawai Selatan, Kabupaten Sambas, memprihatinkan.
Bangunannya reot, dan nyaris roboh. Kondisi itu bikin aktivitas belajar mengajar tak maksimal. Siswa dan guru saban hari khawatir gedung sekolah ambruk.
Pantauan Insidepontianak.com, bangunan sekolah tampak dari luar sudah miring. Cerita guru, ada saja di antara siswa terperosok, karena menginjak lantai yang sudah lapuk.
"Baru-baru ini satu siswa kelas 6 jatuh terperosok karena lantai yang tiba-tiba patah,” kata Kepala Sekolah SDN 17 Sabaran Parit, Hadian kepada Insidepontianak.com.
Yang bikin miris lagi, siswa kelas 6 terpaksa menggunakan lorong bangunan WC untuk belajar, karena ruang kelas mereka sudah roboh sejak tahun 2020.
Jumlah siswa di SDN 17 Sabaran Parit sebanyak 54 orang. Karena lokal kelas tidak mencukupi, akhirnya disiasati satu ruang disekat pakai triplek.
"Satu ruangan kita buat dua kelas," kata Hadian.
Namun, cara itu juga belum mampu mencukupi ruang belajar. Sehingga jadwal belajar antar-kelas dibagi menjadi beberapa sesi.
Misalnya, kelas 1 dan 2, masuk sekolah dari pukul 07.00 hingga pukul 09.00 WIB. Setelah itu, siswa kelas 3 masuk pukul 09.00 hingga siang. Begitu seterusnya.
"Situasi ini tentu sangat berdampak pada kualitas pendidikan di sekolah," lanjut Hadian.
Usulan pembangunan sekolah sudah disampaikan ke Dinas Pendidikan Kabupaten Sambas. Tetapi belum ada bantuan untuk merenovasi secara keseluruhan. Sementara, kondisi bangunan semakin hari, semakin mengkhawatirkan.
“Untuk keseluruhan gedung, semuanya mengalami kerusakan dan hampir tidak layak untuk digunakan," ucapnya.
Meski dengan fasilitas terbatas, Hadian memastikan seluruh guru tetap berusaha memberikan pengajaran terbaik kepada seluruh siswa.
“Walau kami hanya memiliki empat ruang kelas untuk seluruh siswa, dan itu sebenarnya sangat tidak cukup,” tambahnya.
Ia pun berharap Dinas Pendidikan, segera merespons permohonan bantuan renovasi bangunan sekolah, agar anak-anak bisa belajar dengan tenang dan aman.
“Kami sudah mengajukan proposal perbaikan. Memang ada respons dari dinas, tetapi sampai sekarang belum ada tindak lanjut atau kunjungan langsung ke sekolah kami," ucapnya.
Menurut Hadian, sejauh ini, bantuan untuk memperbaiki bangunan sekolah, hanya datang dari masyarakat sekitar. Bantuan yang diberikan berupa material papan dan kayu untuk menopang beberapa bagian bangunan agar tidak ambruk.
Adapun dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), tak bisa digunakan untuk memperbaiki bangunan. Karena hanya cukup untuk membayar gaji guru honorer.
“Karena itu, kami sangat berharap pemerintah turun tangan. Jika bukan dari pemerintah, siapa lagi yang bisa membantu sekolah kami," harapnya.
Kondisi SDN 17 Sabaran Parit menjadi bukti bahwa masih banyak sekolah di daerah terpencil yang membutuhkan perhatian serius.
Infrastruktur sekolah yang buruk tidak hanya menghambat proses belajar mengajar, tetapi juga berisiko membahayakan keselamatan siswa dan guru.
Sampai kapan siswa dan guru di SDN 17 Sabaran Parit harus bertahan dengan kondisi ini? Harapan besar kini tertuju pada pemerintah untuk segera memberikan solusi nyata.***
Tags :

Leave a comment