Rifda Irfanaluthfi, Atlet Senam Gigih Berjuang di Tengah Keterbatasan Pembinaan

2025-04-21 11:10:10
Pesenam putri Indonesia Rifda Irfanaluthfi melakukan gerakan pada nomor palang bertingkat ketika kualifikasi senam artistik putri subdivision 1 Olimpiade Paris 2024 di Bercy Arena, Paris, Prancis, Minggu (28/7/2024). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/Spt.

JAKARTA, insidepontianak.com - Ucapannya kala itu bukan sekadar angin lalu. Sekitar setahun lalu, Rifda Irfanaluthfi di GOR Raden Inten, Jakarta Timur. 

Senyumnya ramah, namun ada keraguan yang terselip saat membahas masa depan.

Dia menghela napas, matanya berkaca-kaca, dan secara tersirat menyampaikan waktunya di dunia senam mungkin tak akan lama lagi. Kini, isyarat itu menjadi kenyataan.

Ketua Umum Federasi Gimnastik Indonesia Ita Yuliati Irawan, pertengahan April, resmi mengumumkan Rifda pensiun dari dunia yang telah membesarkan namanya, senam artistik. Rifda pasti menyimpan leotardnya, pakaian senamnya, dengan rapi.

Masih lekat dalam ingatan, momen-momen perempuan yang lahir pada 16 Oktober 1999 itu mempersiapkan diri menuju Olimpiade Paris 2024. 

Di GOR yang penuh peralatan senam yang telah termakan waktu, ia berlatih dengan semangat yang tak biasa. Kakinya terbalut perban. Lututnya cedera. Tapi semangatnya tetap menyala.

Momen itu mungkin menjadi detik-detik terakhirnya sebagai pesenam aktif. Dengan segala keterbatasan, Rifda tetap melangkah ke Bercy Arena, Paris, dan mencatatkan sejarah sebagai pesenam Indonesia pertama yang tampil di Olimpiade.

Tiket Olimpiade itu diraihnya lewat perjuangan keras di Kejuaraan Dunia Senam 2023 di Antwerp, Belgia. Meski meniskus dan ACL-nya bermasalah, Rifda tetap tampil. Cedera memaksanya menyelesaikan lomba lebih cepat, tapi kehadirannya di Paris sudah menjadi kemenangan tersendiri.

"Rifda ingin orang-orang yang sudah dukung Rifda bisa bangga," katanya kala itu, sambil menahan nyeri.

Sesaat setelah mendarat di Tanah Air, Rifda didorong dengan kursi roda. Di sekelilingnya ada pelatih, keluarga, hingga perwakilan pemerintah. 

Ia tak mampu berdiri sempurna, tetapi tetap tegar di depan kamera. Momen itu akan selalu dikenang para pewarta yang menyaksikannya.

"Sedih, tapi juga lega," ucapnya dengan mata berkaca. “Rifda bisa tahan rasa sakit ini, bisa tampil dan menyelesaikan rangkaian meski hanya satu alat.”

Rifda tak sampai ke panggung Olimpiade dalam semalam. Eva Butar Butar, pelatih yang setia mendampinginya menegaskan ini adalah hasil kerja keras lebih dari satu dekade.

“Persiapannya benar-benar seperti maraton, bukan empat atau lima tahun, tapi delapan sampai sepuluh tahun kami fokus demi Olimpiade,” kata Eva.

Sejak 2015, Rifda sudah mencoba menembus Olimpiade. Ia gagal lolos ke Rio de Janeiro 2016 dan kembali gagal saat mencoba ke Tokyo 2020. Tapi ia tak menyerah. 

Rifda terus berlatih, memperbaiki diri, sembuh dari berbagai cedera, dan akhirnya mengamankan tiket ke Paris.

Luka dan Medali

Perjalanan Rifda sejak kecil memang tak lepas dari luka dan medali. Ia mulai menekuni senam sejak kelas satu SD dan debut internasionalnya dimulai di Piala Dunia Doha 2015. Saat itu ia gagal lolos kualifikasi, namun pengalaman itu menjadi pijakan pertamanya.

Masih di tahun yang sama, ia turun di SEA Games 2015 Singapura dan membawa pulang perak di nomor lantai, satu-satunya medali dari tim senam Indonesia kala itu.

Namanya terus melambung di SEA Games 2017 Kuala Lumpur dengan torehan lima medali (1 emas, 1 perak, dan 3 perunggu). Setahun kemudian, ia mencetak sejarah baru meraih medali dunia pertamanya di Mersin World Challenge Cup di Turki dengan perak dan perunggu.

Puncaknya, ia meraih medali perak setelah mendapat nilai 12.750 di nomor lantai Asian Games Jakarta 2018 Jakarta-Palembang, hanya kalah dari pesenam Korea Utara Kim Su-jong dengan 13.025.

Pada SEA Games 2019 Filipina, ia juga turut menyumbang satu emas dan tiga perak. Lalu di SEA Games 2021 Vietnam, Rifda menorehkan dua emas dan satu perunggu.

Tak hanya prestasi, Rifda juga akrab dengan cedera. Pada 2020, ia mengalami patah tulang tibia kiri. Namun usai pulih, ia langsung kembali tampil di Varna World Challenge Cup 2021 dan perlahan kembali ke performa terbaiknya.

Legasi dan Harapan

“Kalau Rifda bisa, kalian juga bisa. Jangan hanya bermimpi PON, SEA Games, atau Asian Games. Mimpilah sampai Olimpiade,” ucapnya suatu waktu memotivasi atlet muda lainnya.

Kalimat itu masih teringat jelas dalam perbincangan kami dengan Rifda sebelum pemberangkatan ke Olimpiade Paris. Ya, Misi Rifda di Olimpiade Paris ketika itu bukan hanya untuk berkompetisi, tetapi juga untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia mampu bersaing di pentas tertinggi.

Kini, Federasi Gimnastik Indonesia tengah mempersiapkan regenerasi. Delapan atlet muda sedang menjalani pelatnas jangka panjang menuju Olimpiade 2028, termasuk tiga atlet putri yaitu Salsabilla Hadi Pamungkas, Ameera Rahmajanni Hariadi, dan Alarice Mallica Vilobianne.

Mereka diproyeksikan tampil di Kejuaraan Dunia Senam 2025 yang akan digelar di Jakarta. Sebelum itu, para atlet akan menjalani pelatihan di Jepang dan uji coba kompetisi di Korea Selatan serta Hungaria.

Namun regenerasi bukan perkara mudah. Konsistensi dan komitmen kerap menjadi tantangan, terlebih banyak pesenam putri yang mundur karena alasan pribadi seperti pendidikan atau pernikahan.

Rifda telah membuka jalan. Ia telah menembus batas yang selama ini tampak mustahil bagi pesenam Indonesia. Kini saatnya generasi baru melanjutkan perjuangan, menapaki jejaknya, dan menyalakan semangat baru di dunia gimnastik Indonesia.

Dan satu pesan darinya masih membekas hingga kini:

Ia berharap mulai dari Pelatnas SEA Games dan Asian Games juga dipersiapkan dengan serius. Fasilitas seperti alat-alat senam sebaiknya diperhatikan lagi. 

"Kalau alatnya bagus, kami bisa lebih semangat belajar dan merasa nyaman serta aman saat mencoba gerakan baru."

Terima kasih Rifda.***


Leave a comment