Industri Otomotif Usul Penerapan Tarif Balasan Produk Amerika

2025-04-07 06:50:43
Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto mengunjungi Malaysia untuk berkoordinasi merespons kebijakan tarif resiprokal AS, Malaysia, Jumat (4/4/2025) (Antara)

JAKARTA, insidepontianak.com - Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM), usul kepada pemerintah supaya juga menerapkan tarif balasan Amerika Serikat (AS) terhadap produk Indonesia sebagai solusi jangka pendek perdagangan yang lebih adil.

Sekretaris Jenderal GIAMM, Rachmat Basuki pun menegaskan, perang dagang yang digaungkan AS harus direspons dengan menaikkan pajak terhadap produk dari negeri Paman Sam. 

"Kalau mereka kenakan tarif tinggi, kita pun perlu menyesuaikan. Tarif dibalas tarif,” tegas Racmat mengutip Antara, Minggu (6/4/2025).

“Tapi juga jangan lupa opsi lain seperti menurunkan tarif untuk produk AS agar terjadi keseimbangan,” lanjutnya.

GIAMM menilai perlu adanya langkah strategis pemerintah dalam menyikapi situasi perang dagang ini, mengingat ekspor komponen otomotif nasional ke Amerika saat ini menempati posisi kedua terbesar setelah Jepang.

"Ini tentu berdampak besar bagi industri kita, karena sebelumnya tarif masuk ke AS relatif kecil. Sementara produk Amerika yang masuk ke Indonesia dikenakan tarif yang jauh lebih tinggi," ujarnya.

Selain itu, GIAMM juga menyoroti potensi banjir produk komponen otomotif dari China ke pasar Indonesia akibat kebijakan dagang AS terhadap negara tersebut.

Sebagai solusi, selain mengenakan penyesuaian hambatan tarif, pemerintah didorong menerapkan hambatan nontarif seperti kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Tujuannya untuk melindungi industri nasional dari serbuan barang impor yang tidak kompetitif secara kualitas dan harga.

GIAMM juga mengajak pemerintah untuk terus memperkuat diplomasi dagang dengan negara-negara mitra.

Dan yang tak kalah penting, pemerintah harus memastikan industri nasional mendapatkan perlindungan yang memadai, agar tetap tumbuh dan berkontribusi pada perekonomian.

“Meski ada tantangan, kami tetap optimis. Pasar Amerika masih terbuka. Selama tarif yang dikenakan terhadap China tidak lebih rendah dari kita, produsen dalam negeri masih punya peluang untuk bersaing,” kata Rachmat.

Presiden AS Donald Trump telah mengumumkan kenaikan tarif sedikitnya 10 persen ke banyak negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia, terhadap barang-barang yang masuk ke negara tersebut.

Menurut unggahan Gedung Putih di Instagram, Indonesia berada di urutan ke delapan daftar negara-negara yang terkena kenaikan tarif AS, dengan besaran 32 persen.

Sekitar 60 negara bakal dikenai tarif timbal balik separuh dari tarif yang mereka berlakukan terhadap AS.

Berdasarkan daftar tersebut, Indonesia bukan negara satu-satunya di kawasan Asia Tenggara yang menjadi korban dagang AS.

Ada pula Malaysia, Kamboja, Vietnam serta Thailand dengan masing-masing kenaikan tarif 24 persen, 49 persen, 46 persen dan 36 persen.***

Leave a comment