Gunakan AI Atau akan Tertinggal? Ini Kata CEO Vikram Sinha

Las Vegas, insidepontianak.com - Presiden Direktur dan CEO Indosat Ooredoo Hutchison Vikram Sinha membawa perusahaan penyedia jasa telekomunikasi tersebut bertransformasi menjadi AI Native TechCo yang fokus untuk mengintegrasikan AI ke dalam seluruh aspek sejak melakukan merger pada tahun 2022.
“Saya harus katakan, AI itu nyata. Maksud saya, negara dan perusahaan yang tidak berada di garis depan (dalam menggunakan AI) akan tertinggal,” kata Vikram.
Dalam kesempatan wawancara dengan Antara di perhelatan Google Cloud Next 2025, Vikram menegaskan bahwa AI tidak akan menggantikan peran manusia. Hal ini yang ia terapkan di Indosat. Bahkan Vikram menekankan pentingnya sisi manusia dalam suatu perusahaan sebagai sebuah investasi.
Ia menyoroti pendekatan penerapan AI di perusahaannya dengan berkolaborasi bersama Google Cloud dan McKinsey.
Mereka menggunakan pendekatan berbasis platform yakni Vertex AI dan melatih tim Indosat, sehingga karyawan akan menjadi agen produktivitas dan dibantu bekerja lebih baik menggunakan AI.
“Salah satu hal yang kami pantau di Indosat adalah, berapa banyak dari karyawan saya yang sudah mulai mengadopsi AI? Berapa banyak dari mereka yang bekerja membangun produk berbasis AI?” ujar Vikram.
“Jadi dengan berinvestasi pada SDM, kami membangun skala dengan benar,” tambahnya.
Indosat juga menjadi perusahaan pertama di kawasan Asia Pasifik yang mengadopsi Google Agentspace untuk memberdayakan karyawannya dengan AI. Platform tersebut diluncurkan baru-baru ini dan menjadi inovasi terbaru dari Google Cloud. Menurut Vikram, pekerjaan ribuan karyawannya akan lebih efisien dan berdampak.
Indosat Ooredoo Hutchison berhasil melewati fase merger mereka dan mengukuhkan visi besar mereka terkait AI, yakni AI North Star yang memiliki tiga pilar utama. Pertama, Vikram menjelaskan bahwa Indosat ingin menjadi perusahaan yang AI-native, artinya memastikan AI benar-benar tertanam dalam organisasi Indosat.
Kedua, AI-native tech —bagaimana Indosat fokus pada AI, cloud, keamanan, dan data yang menghasilkan wawasan yang bermakna. Adapun pilar ketiga adalah nation shaper —bagaimana Indosat, sebagai merek ikonik berusia 58 tahun yang pertama kali menghubungkan Indonesia ke dunia, bisa berkontribusi dalam mempercepat adopsi AI di tanah air.
“Selama enam bulan terakhir bekerja dengan McKinsey dan Google, kami melihat bagaimana AI membantu kami mengelola belanja modal (CapEx). Kami menghabiskan sekitar 500–550 juta dolar AS setiap tahunnya untuk CapEx, dan AI membantu kami melakukan pengeluaran di waktu dan lokasi yang tepat. Juga membantu kami meningkatkan pengalaman pelanggan,” ungkap Vikram.
Tantangan dan keuntungan
Indosat fokus dalam menanamkan pengetahuan AI kepada karyawan sehingga dapat menghilangkan ketakutan bahwa AI akan menggantikan manusia. Ia percaya bahwa menggunakan AI dapat membuka potensi penuh manusia.
Vikram mengaku tidak mudah mengubah pola pikir tentang AI, yang juga dialami di Indosat.
“Tapi ketika kita mengomunikasikannya dengan benar, ketika kita mulai menunjukkan dampaknya, di situlah efek flywheel mulai bekerja,” ujarnya.
Menurut Vikram, banyak karyawan perusahaannya yang sudah tersertifikasi oleh Google dan McKinsey menjadi 10 kali lebih produktif.
“Tantangan pertama adalah meyakinkan tim kepemimpinan saya. Karena seperti pepatah, Anda tidak tahu apa yang tidak Anda ketahui, dan hal yang tidak Anda ketahui jauh lebih banyak daripada yang Anda tahu. Kemudian baru meyakinkan 100 orang berikutnya. Jadi, seperti yang dikatakan, efek flywheel-nya mulai terasa,” ungkap Vikram.
Tidak hanya fokus pada karyawan, pada akhirnya menurut Vikram, inovasi yang dilakukan perusahaannya adalah untuk hampir 200 juta pelanggan mereka.
Dalam laporan riset dikeluarkan Indosat menyatakan bahwa adopsi awal AI bisa mendorong pertumbuhan PDB Indonesia hingga 8 persen dibandingkan hanya 5 persen dalam 10 tahun terakhir.
Vikram mengungkapkan sejak fokus menanamkan AI, jaringan perusahaannya meningkat secara signifikan meskipun kondisi industri tengah menantang dalam setahun terakhir. Perusahaannya tidak hanya berhasil melakukan efisiensi, tapi juga menunjukkan pertumbuhan.
“ARPU (average revenue per user) kami meningkat. Skor kepuasan pelanggan (Net Promoter Score) juga naik. Dulu, kami dikenal sebagai operator di Jawa. Di Papua atau Indonesia Timur, orang bilang Indosat tidak bekerja. Mereka biasa pindah operator. Tapi kali ini kami melihat pelanggan justru bertambah di sana,” papar Vikram yang menambahkan akan meningkatkan target tahun ini.
Saat ini, AI sudah menjadi bagian hidup. Vikram menilai mengapa Indonesia harus memanfaatkan AI karena geografisnya. AI bisa membantu memberdayakan kelompok masyarakat yang termarjinalkan, masyarakat yang tinggal di pedesaan. AI bisa menjadi penyemarataan bagi semua orang.
Orang-orang yang tinggal di pelosok Indonesia tidak lagi kesulitan untuk mendapatkan pengetahuan yang sama dengan masyarakat kota bahkan dunia.
“Bayangkan, pendidikan yang bisa didapatkan orang di Las Vegas yang sekarang juga bisa diakses oleh anak-anak Papua. Dulu tidak mungkin, sekarang bisa,” kata Vikram.
Era AI membuat kesempatan tidak lagi terbatas. Kalau tidak tahu sesuatu, dengan mudah bisa langsung ditanyakan dan seketika mendapatkan jawaban.
Pada akhirnya, tantangan terbesar terhadap perkembangan AI adalah pola pikir. Apakah AI dijadikan teman atau musuh. Sekali lagi, Vikram mengatakan bahwa AI itu nyata namun tidak akan menggantikan manusia. Hal tersebut sudah ia buktikan pada perusahaannya.
Oleh sebab itu, perusahaannya meluncurkan LLM open-source, Sahabat-AI. Lewat dukungan Google, LLM Bahasa Indonesia ini ditargetkan bisa digunakan masyarakat Indonesia dan bertujuan mendukung pemerintah Indonesia dalam agenda kedaulatan cloud.
Sahabat-AI akan memberikan kesempatan kepada masyarakat Indonesia untuk mengembangkan layanan dan aplikasi berbasis AI dalam Bahasa Indonesia dan beragam bahasa daerah.
“Ketika kita bicara tentang AI, hanya 10 persen dari itu adalah alat, 20 persen platform, tapi 70 persen adalah manusia. Kemampuan untuk berinvestasi pada manusia sangat penting. Kita tidak perlu takut pada AI. AI hadir untuk membantu kita membuka potensi penuh,” kata Vikram.
Tags :

Leave a comment