Bersama Oso, Sutarmidji Kunjungi Lokasi Pembangunan Masjid 1.001 Kubah di Desa Saing Rambi
SAMBAS, insidepontianak.com – Kehadiran rombongan Gubernur Kalbar dan OSO untuk menyaksikan Pagelaran Seni dan Budaya yang diselenggarakan dalam rangka Peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1445 Hijriyah, Selasa malam (18/7/2023) disambut Bupati Sambas, Satono.
Usai menghadiri undangan makan malam sekaligus temu kangen dengan tokoh Masyarakat Sambas yang juga merupakan mantan Bupati Sambas 2 periode, Burhanudin A. Rasyid, Gubernur Kalbar bersama OSO bertolak menuju lokasi Pembangunan Masjid 1.001 Kubah di Desa Saing Rambi.
Tokoh Nasional Asal Kalbar yaitu DR. H. Oesman Sapta Odang merupakan tokoh yang piawai dalam berpolitik dan merupakan satu-satunya tokoh di Kalbar yang menjadi ketua umum partai.
"Beliau juga merupakan tokoh yang selalu diminta masukan oleh Presiden dan tetap mengedepankan diri sebagai orang Kalbar. Hal inilah yang dapat menjadi panutan untuk kita contoh,” ujar Bang Midji, sapaan akrab Gubernur Kalbar, mengawali sambutannya.
Menyinggung soal Desa Mandiri, Gubernur Kalimantan Barat menjelaskan bahwa pada awal kepemimpinannya Desa Mandiri hanya ada satu, yaitu Desa Sutra di Kayong Utara.
Namun, sekarang sudah ada 877 desa mandiri dan prosentase Kalbar termasuk yang terbanyak di seluruh Indonesia.
Apresiasi yang tinggi juga diberikan kepada Kabupaten Sambas, salah satunya kepada Desa Sekura, yang merupakan desa terbaik urutan ke 16 se-Indonesia. Kemudian, ada Desa Sejiram yang mampu mengelola internet secara mandiri, sehingga menjadi contoh dalam mengelola BUMDES.
“Hal itulah yang dapat menjadi kebanggaan bagi Sambas sesuai dengan slogan di acara ini “#Bersama Kita Bisa #Bersatu Kita Mampu, #Berjamaah Kita Kuat". Itu sudah dibuktikan dengan hasil capaian pembangunan di Sambas,” puji Gubernur Sutarmidji.
Kabupaten berslogan Sambas Berkemajuan ini tidak hanya melahirkan para ulama, tetapi juga diharapkan bisa menjadi daerah yang melahirkan kaum cendekiawan.
“Profesor pertama berasal dari Sambas, yaitu Profesor Hadari. Dan juga banyak menghasilkan para doktor serta banyaknya pimpinan daerah di Kalbar juga berasal dari Sambas,” katanya.
Lebih lanjut Sutarmidji berharap Sambas bisa melahirkan para pemimpin yang memiliki pemikiran yang brilian untuk kemajuan Kalimantan Barat maupun Indonesia.
Dirinya sepaham dengan apa yang dikatakan Bupati Sambas, tidak mungkin membangun tanpa ada sinergitas atau kebersamaan yang baik.
Menurutnya yang dilakukan Presiden Jokowi dengan membangun dari desa sudah dilakukan.
Ketika Sambas sudah memiliki semua Desa Mandiri, maka akan menjadi satu-satunya kabupaten yang seluruh desanya menjadi Desa Mandiri.
"Sehingga, Sambas akan menjadi pusat studi banding bagi daerah-daerah lainnya. Jika Pemkab Sambas serius, dipastikan 27 Desa Maju tahun ini akan menjadi Desa Mandiri semuanya," ujar Sutarmidji memberikan motivasi.
Berbicara tentang Pembangunan Masjid 1.001 Kubah, Gubernur Kalbar teringat akan proses pembangunan Masjid Raya Mujahidin Pontianak sewaktu dirinya bersama OSO diamanahkan melaksanakannya pembangunannya dengan hanya diberikan modal dana sebesar Rp 1,6 Milyar.
“Dalam waktu 3 tahun mampu menghimpun dana dan selesai pembangunan masjid sebesar Rp 105 Milyar. Alhamdulillah, sampai hari ini tidak meninggalkan hutang,” kenangnya.
Untuk mewujudkan Masjid 1.001 Kubah, Midji melanjutkan, harus ada tahapan-tahapan yang dikaji betul dan dilakukan oleh panitia pembangunan supaya mendapatkan kepercayaan publik terlebih dahulu, sehingga akan mudah mendapatkan dana dari manapun.
Dalam sambutannya, OSO menceritakan Gubernur Kalbar merupakan sahabatnya sejak masa kecil.
“Dulu Pak Gubernur pernah berjualan koran di depan pelabuhan di Pontianak, sedangkan saya pernah berdagang rokok dan tukang pikul karet di depan Pelabuhan. Tapi, siapa sangka hari ini bisa jadi Gubernur Kalbar, dan saya bisa menjadi seperti sekarang ini,” kenang Tokoh Nasional asal Kalbar ini.
Sambas adalah kampung pertama yang dibangun OSO karena sebelum otonomi daerah Kota Singkawang berada di wilayah Kabupaten Sambas.
“Saya bangun Hotel Mahkota awal mulanya adalah Kabupaten Sambas sebelum dilakukan otonomi daerah yang memisahkan Kota Singkawang menjadi kotamadya," terangnya.
Selain itu, OSO juga merasakan dulunya Sambas banyak melahirkan para pemimpin di daerah.
Untuk itu, Sambas harus kembali meningkatkan skill (kemampuan) dan memerlukan masyarakatnya agar dapat mengelola wilayah yang luas dan dipenuhi dengan sumber daya alam untuk diolah.
Jika ingin maju, maka harus menjaga keseimbangan dalam hidup. Sebagai contoh, Nabi Muhammad SAW hijrah dari Kota Makkah ke Madinah yang mengumpulkan semua umat beragama, bukan hanya Islam yang membangun Madinah karena Nabi Muhammad SAW tidak melihat yang dari perbedaan.
"Tetapi, bersatu dalam membangun kebahagiaan dunia," jelas pemilik OSO Group ini.
Pada kesempatan tersebut, ia juga mengapresiasi kegiatan Pawai Menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1445 Hijriyah yang diadakan Rabu (19/9/2023).
“Ketika saya menerima undangan pada acara tersebut, saya berkeinginan untuk menambahkan hadiah umrah menjadi 10 orang dan 2 diantaranya diperuntukan untuk Desa yang berhasil menjadikan desanya menjadi peringkat 16 besar tingkat nasional dan desa yang mampu mengelola BUMDES-nya,” tegasnya.
Menutup sambutan, pria kelahiran Sukadana ini berpesan untuk bersama membangun Kalbar.
"Jangan kita melihat partai-partainya, tapi di dalam membangun Sambas kita harus bersatu,” ujar Tokoh Nasional Asal Kalbar yang juga pernah menjadi anggota MPR RI.
Satono, Bupati Sambas, dalam sambutannya menyampaikan Selamat Tahun Baru Islam 1 Muharram 1445 H dan mengucapkan terima kasih atas kehadiran Tokoh Nasional Asal Kalimantan Barat, DR. H. Oesman Sapta Odang, dan Gubernur Sutarmidji, yang sudah satu harian melaksanakan kegiatan di Kabupaten Sambas.
"Pada hari ini juga diadakan Tasyakuran Peringatan Hari Ulang Tahun ke-392 Kabupaten Sambas dan Perpindahan Ibukota ke-24 dari Kota Singkawang yang diselenggarakan di Aula Kantor Bupati Sambas. Tema yang diusung pada tahun ini adalah Sambas Saroan (Sinergi, Kolaborasi, Berkemajuan),” ungkap Bupati Satono.
Dirinya mengatakan sudah 2 tahun menjalani pemerintahan dan ada peningkatan yang terjadi, salah satunya peningkatan Desa Mandiri yang berjumlah 119 desa.
Tahun ini bertambah 49 desa, hingga sekarang berjumlah 196 desa. Sedangkan Desa Tertinggal dan Berkembang sudah tidak ada lagi, dan Desa Maju tinggal 25 desa.
"Hal itu berkat kerja sama dari masyarakat yang bersatu padu merapatkan barisan untuk bertekad dan bersama-sama membawa perahu Sambas menjadi Kabupaten Sambas yang lebih baik dan berkemajuan,” ujar Bupati kelahiran Senturang ini.
Pada laporannya, Ketua Panitia Pagelaran Seni Budaya Islami menjelaskan tema dari kegiatan ini adalah "Memperkuat Resonansi Sambas Serambi Mekkah, Mewujudkan Masjid 1.001 Kubah".
Dirinya selaku anak muda di Sambas pada waktu itu berpikir, menurut historisnya, Sambas merupakan Kerajaan Islam Melayu yang kuat waktu zaman kesultanan dan dikenal sebagai Serambi Makkah. Gelar itu disematkan karena banyaknya orang Sambas yang menjadi ulama.
Dengan kedatangan Oesman Sapta Oedang, ini bisa memberikan solusi-solusi alternatif membantu mempercepat pembebasan lahan tersebut.
"Dan sampai dengan saat ini genap sudah 2 tahun panitia bekerja baru mampu mencicil lahan. Jumlah lahan yang diperoleh sudah 18,3 hektar, dan baru terlaksana 20, 97 persen,” harap Misni Safari kepada OSO yang bisa memberikan solusi.
Turut hadir pada Pegelaran Seni dan Budaya Islami tersebut diantaranya Bupati Kabupaten Sambas, Satono, S.Sos beserta istri, Sekretaris Daerah Kabupaten Sambas, Anggota DPRD Provinsi Kalimantan Barat, Ketua DPRD Kabupaten Sambas, Ketua Umum DPP Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kalimantan Barat, Qori Nasional, Perwakilan Forkopimda Kabupaten Sambas, serta Ketua Panitia Penyelenggara. ***
Leave a comment