Balanting Paring, Arung Jeram Khas Loksado Membelah Sungai Amandit
MEDAN, insidepontianak.com - Bagi Anda pecinta olahraga arung jeram, tampaknya boleh mencoba sesuatu yang beda di Sungai Amandit Loksado. Ya, rafting di kawasan ini tidak menggunakan perahu karet, melainkan balanting paring.
Balanting paring adalah sebutan arung jeram dengan menggunakan rakit bambu ala Loksado. Artinya, membelah Sungai Amandit dengan peralatan dan cara yang tradisional.
Begitupun tidak perlu ragu, derasnya air Sungai Amandit sudah makanan sehari-hari pemandu balanting paring. Bahkan, arung jeram ala Loksado ini sudah dangat dikenal sejak dulu kala.
Melansir indonesiakaya.com, Rabu (4/10/23), Loksado memang satu tempat yang menjadi daftar petualangan yang harus dikunjungi. Loksado adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Secara geografis Loksado yang berada di Pegunungan Meratus. Ini membuat Loksado memiliki banyak destinasi wisata air terjun dan tentunya sungai berair deras.
Perjalanan menuju Loksado, memang perlu perjuangan. Diperlukan perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar 4 jam dari Banjarmasin. Bisa menggunakan kendaraan pribadi atau pun angkutan umum.
Jika menggunakan angkutan umum, pilih saja angkutan menuju Kandangan, ibukota kabupaten Hulu Sungai Selatan. Biaya angkutan umum sekitar 35 ribu rupiah dengan waktu perjalanannya sekitar 3 jam.
Selanjutnya dari Kandangan menuju Loksado dapat ditempuh sekitar 1 jam. Kondisi jalanannya cukup terjal, namun sudah sangat mulus.
Arung jeram yang dilakukan di Loksado cukup unik, karena bukan menggunakan perahu karet seperti biasanya. Water sport ini lebih menantang karena hanya menggunakan rakit bambu, rafting ini lebih dikenal dengan sebutan balanting paring atau bamboo rafting.
Konkretnya, setiap rakit bambu hanya berisi maksimal 3 penumpang, dengan seorang pemandu yang sudah berpengalaman. Rafting ini biasanya dilakukan di Sungai Amandit. Waktu yang ditempuh sebuah balanting paring bisa mencapai 2 – 3 jam.
Bukan hanya menguji andrenalin, saat balanting paring akan ditemui pemandangan alam yang luar biasa. Selain itu juga ditengah perjalanan, akan terlihat kegiatan suku Dayak Meratus.
balanting paring akan berakhir disebuah desa bernama Tanuhi. Meski tak berada di kawasan gunung berapi, Desa Tanuhi memiliki sumber air panas alami yang berasal dari gas bumi.
Jadi, jika Anda merasa sangat lelah setelah menikmati perjalanan balanting paring, cobalah berendam di Tanuhi untuk melemaskan kembali otot-otot yang tegang.
Jika ingin menikmati keindahan alam Loksado, sebaiknya menyiapkan dua hari untuk berada disana. Untuk pilihan penginapan di Loksado, terdapat bermacam-macam harga yang sesuai dengan fasilitasnya.
Dari yang terendah adalah Camp AAL sebesar 50 ribu rupiah per malam, Wisma Alya sebesar 150 ribu rupiah, Wisma Loksado sebesar 250 ribu rupiah, dan Meratus Resort sebesar 300 ribu rupiah permalam.
Hari pertama bisa digunakan untuk menguji adrenalin dan hari kedua bisa digunakan penuh untuk menikmati keindahan alam serta menjajal Desa Malaris yang memiliki wisata Balai Adat.
Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengisi wisata di Loksado ini adalah melihat secara langsung proses masyarakat mengolah kayu manis dari ketika masih berbentuk pohon kemudian diolah menjadi sirup.
Atau bagi yang ingin melatih kreativitas, cobalah membuat souvenir khas Dayak, seperti gelang yang terbuat dari tumbuhan khas hutan hutan Meratus yang langsung dijalin ke tangan atau kaki Anda.
Bagi yang tidak menyukai tantangan yang disuguhkan balanting paring, cobalah tubing. Tubing adalah istilah untuk cara menyusuri sungai sambil bermain air dengan menggunakan ban dalam mobil.
Demikian tentang balanting paring, arung jeram ala Loksado di Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang membelah Sungai Amandit. Semoga bermanfaat. (Adelina). ***
Leave a comment