Gawai Padi di Dusun Sawah Perbatasan Sambas, Perayaan Adat Pascapanen Bernilai Luhur
SAMBAS, insidepontianak.com - Boom, boom, boom! Dentuman suara meriam bambu mulai menggema pada Senin sore (11/03/2024), di Dusun Sawah, Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas.
Suara dentuman meriam itu menjadi tanda, ritual macah baras segera dimulai. Warga kampung pun mulai bersiap-siap.
Macah baras merupakan upacara untuk membuka pesta gawai padi atau disebut ngarantika dalam bahasa dayak, yang digelar pada Selasa (12/3/2024).
Perayaan adat ini merupakan tradisi masyarakat Dayak Salako, yang selalu dilaksanakan pasca-musim panen. Ritual yang bernilai luhur. Sebagai bentuk syukur kepada semesta alam.
Seorang tetua adat pun memimpin ritual macah baras. Sesajian digelar. Tiga ayam panggang utuh, dipersembahkan.
Ada juga sirih, pinang, darah ayam, kunyit, poe’ atau lemang, bontongk atau beras baru, mengiringi persembahan tiga ayam panggang itu.
Setelah sesajian sudah lengkap, tetua adat mulai merapal mantra, berbahasa dayak, atau biasa disebut nyangahant.
Rapal itu merupakan doa meminta izin kepada Jubata atau tuhan semesta alam, untuk makan beras hasil panen padi.
Persembahan tersebut sebagai bentuk penghormatan secara simbolis dari masyarakat untuk diberikan kepada Jubata, agar menjadi berkat.
Mujianto, warga Dusun Sawah mengatakan, bahwa gawai padi merupakan pesta tahunan yang dilakukan secara turun temurun. Adat ini warisan dari para leluhur, yang sampai saat ini masih terjaga dengan baik.
“Gawai padi ini bentuk syukur kita ke Jubata atas berkatnya. Ini merupakan salah satu adat suku dayak Salako,” ucapnya.
Sesudah melakukan prosesi doa ucapan syukur atau nyangahant, selanjutnya setiap warga diperkenankan menerima tamu untuk makan bersama di rumahnya.
Masing-masing warga sudah menyiapkan makanan dari hasil panen lengkap dengan lauk-pauk lainnya. Setiap tamu yang datang pun wajib makan.
Menu utamanya adalah bontongk’ atau beras baru yang dibungkus dengan daun dan dimasak dalam bambu.(nia)***
Leave a comment