Pj Gubernur Kalbar Harisson Paparkan Data Kantor BI saat Capacity Building
PONTIANAK, insidepontianak.com - Pada Bulan Agustus 2024 terjadi deflasi sebesar 0,25 persen (month to month).
Hal itu disampaikan Pj Gubernur Kalbar Harisson saat memaparkan data dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Provinsi Kalbar.
"Angka ini lebih besar dari rata-rata deflasi bulan Agustus dalam tiga tahun terakhir, yang hanya sebesar 0,10 persen (mtm)," ungkap Pj Gubernur Kalbar Harisson saat membuka kegiatan Capacity Building mengenai strategi pengendalian inflasi daerah Semester II Tahun 2024 yang berlangsung di Aula Keriang Bandong, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalbar.
Deflasi ini terutama disebabkan oleh penurunan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, seperti daging ayam ras, bawang merah, tomat, sawi hijau, dan udang basah, serta kelompok transportasi akibat penurunan tarif angkutan udara.
Namun, deflasi tertahan oleh inflasi di sektor penyediaan makanan dan minuman, seperti air kemasan dan kopi bubuk, yang tetap tinggi karena aktivitas masyarakat di warung kopi.
Selain itu karena berhasil menjaga inflasi Kalimantan Barat tetap terkendali, Pj Gubernur Kalbar Harisson memuji kinerja Tim Pengendali Inflasi Daerah Provinsi dan TPID Kabupaten/Kota.
Pada bulan Agustus 2024, inflasi Kalbar tercatat sebesar 1,47 persen, melandai dari bulan sebelumnya yang berada di angka 1,58 persen.
"Angka ini masih dalam rentang sasaran inflasi nasional sebesar 2,5±1 persen," ungkap Harisson.
Harisson juga menyampaikan bahwa beberapa waktu lalu Presiden Joko Widodo meninjau Pasar Mawar di Pontianak, di mana harga bawang yang terpantau sangat terjangkau.
Hal ini menunjukkan bahwa upaya Pemprov Kalbar dalam mengendalikan harga berjalan dengan baik.
"Fakta bahwa harga bawang di Kalimantan Barat hampir sama dengan harga di Jawa adalah bukti keberhasilan kita dalam menjaga stabilitas harga," katanya.
Dirinya menekankan pentingnya mempertahankan strategi 4K yang selama ini menjadi pilar utama pengendalian inflasi di Kalbar.
Strategi ini meliputi Keterjangkauan harga, Ketersediaan bahan pokok, Kelancaran distribusi, dan Komunikasi yang efektif antar-stakeholder.
"Keberhasilan kita tidak lepas dari penerapan strategi 4K yang harus terus dipertahankan dan ditingkatkan," tuturnya.
Harisson berharap melalui kegiatan Capacity Building ini, para pemangku kebijakan dapat memahami lebih baik penyebab inflasi di setiap daerah, sehingga penanganannya bisa dilakukan dengan lebih cepat dan tepat.
"Kegiatan ini penting untuk mengidentifikasi penyebab inflasi di masing-masing daerah agar kita bisa menangani dengan efektif," tutupnya. (Antara)
Leave a comment