Bikin Bangga! Akademisi Perempuan Kalbar, Netty Herawati Siap Berkiprah di Dewan Energi Nasional?

PONTIANAK, insidepontianak.com - Bikin bangga peneliti asal Kalimantan Barat satu ini. Netty Herawati, akademisi Universitas Tanjungpura ini tengah menjalani seleksi anggota Dewan Energi Nasional (DEN).
Tak tanggung-tanggung, Netty Herawati langsung memilih nasional sebagai karir menterengnya. Ia saat ini dikenal sebagai Dosen Senior FISIP Untan, selain kiprahnya dalam hal penelitian, seperti public acceptance pembangunan PLTN di Kalimantan Barat hingga terlibat dalam banyak riset, baik tentang komunikasi maupun diminta banyak mengepalai ataupun sekedar menjadi narasumber dalam isu-isu strategis.
Dengan banyak pengalaman, budaya integritas, dan komitmen terhadap pembangunan energi yang inklusif dan berkelanjutan menjadi fokus utamanya saat ini.
Bukan waktu yang sedikit bagi Netty Herawati mendedikasikan separuh hidupnya untuk pembangunan SDM Kalbar. Tiga dekade menggarisbawai perannya dalam pengabdian masyarakat Kalimantan Barat.
"Saya mohon doa mudahan ada keterwakilan orang Kalbar dalam Dewan Energi Nasional periode ini, Insyaallah," kata Netty Herawati optimis.
Jika ditanya mengapa ia ingin terlibat dalam Dewan Energi Nasional, jawabnya hanya sederhana, ingin mengabdi untuk Indonesia.
Sebagai seorang ahli Ilmu Komunikasi dari Universitas Padjadjaran, tak hanya piawai dalam hal komunikasi publik, komunikasi risiko, hingga penerimaan sosial terhadap teknologi energi, khususnya energi nuklir, ia juga dikenal sosok yang energik dalam setiap paparan keahlian ilmunya.
Banyak sudah kiprah yang dilakukan Netty Herawati. Dirinya kerap menjadi pembicara dalam forum nasional maupun internasional, termasuk pelatihan yang diselenggarakan oleh IAEA (International Atomic Energy Agency) di Amerika Serikat dan pelatihan publik tentang pemahaman energi nuklir di Jepang.
Tak hanya itu, pada tahun 2025 ini, Netty menjadi bagian penting dalam kajian tapak dan pemetaan sosial-kultural untuk rencana pembangunan PLTN di Indonesia, bersama lembaga-lembaga seperti BRIN dan ITB.
Kepiawaiannya dalam menjembatani ilmu pengetahuan dengan pemahaman publik menjadikannya sosok strategis yang mampu menghubungkan pengambil kebijakan, akademisi, dan masyarakat akar rumput.
Suksesnya pun tergambar dalam banyaknya pernghargaan. Mulai dari Satyalencana Karya Satya XX dan XXX dari Presiden RI hingga Best Paper dalam Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir.
"Penghargaan terbesar saya adalah ketika hasil penelitiannya dapat menjadi pijakan dalam perumusan kebijakan publik yang berpihak kepada rakyat," ujarnya.
Kini, saat Indonesia memasuki era transisi energi, Netty Herawati hadir sebagai sosok yang merepresentasikan suara akademisi dari daerah. Suara yang memahami konteks lokal, berpengalaman di ranah nasional, dan memiliki wawasan global.
Netty Herawati pun menjelaskan pemerintah Indonesia telah memasukkan opsi pembangunan PLTN dalam dokumen Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) dan strategi transisi menuju Net Zero Emission.
PLTN diposisikan sebagai sumber energi bersih yang andal dan rendah karbon. Namun, studi menunjukkan bahwa persepsi publik terhadap energi nuklir masih cenderung skeptis, dan partisipasi perempuan dalam diskursus nuklir sangat rendah.
Sebagai akademisi dan penggiat isu gender dan komunikasi publik, Dirinya turut berkomitmen untuk mendorong kebijakan energi yang inklusif dan sensitif gender, menjadi penghubung antara komunitas perempuan dan lembaga pemerintah.
Ia pun berperan aktif dalam memperluas partisipasi perempuan melalui pendidikan, advokasi, dan riset. Meningkatkan literasi Transisi energi Baru Terbarukan (EBT) khususnya energi nuklir di kalangan perempuan sebagai bagian dari strategi komunikasi transisi energi nasional.
Pada akhirnya, sosok Netty Herawati merupakan inspirator bagi perempuan di Kalimantan Barat. Kiprahnya tak hanya dalam bentuk pencapaian personal tapi mampu menembus sekat-sekat berbagai kepentingan, terutama bagaimana berkomitmen untuk kepentingan masyarakat lebih luas. (*)
Leave a comment