Ekosistem Sungai Dirusak, Buaya Kian Bringas, Setahun 3 Orang di Desa Tanjung Beringin Jadi Korban

2025-02-25 16:45:13
Anggota DPRD Kalbar mengunjungi lokasi tempat anak 10 tahun di Desa Tanjung Beringin hilang diterkam buaya. (Insidepontianak.com/Andi Ridwansyah)

KUBU RAYA, insidepontianak.com - Kerusakan ekosistem yang terjadi di Sungai Sejenuh, Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, dampak alih fungsi lahan, menebar ancaman nyata bagi keselamatan manusia.

Predaror buaya di sungai tersebut kerap mengamuk, akibat habitatnya diganggu. Tak jarang memangsa warga. Cerita mengerikan itu, terjadi nyata.

Salah satu korban bernama Markes Hasibuan. Bocah 10 tahun itu diterkam buaya saat mandi, Selasa (18/2/2025). Hingga kini jasadnya hilang.

Siang itu, tim SAR gabungan masih berupaya mencari keberadaan Markes. Berkeliling mengunakan speed boat menyusuri sungai.

Pencarian turut diikuti Anggota DPRD Kalimantan Barat, Dapil Kubu Raya-Mempawah, Agus Sudarmansyah. 

Agus sengaja datang jauh-jauh, karena terpanggil dengan musibah yang terjadi berulang-ulang. Ia ingin bertemu dengan keluarga korban keganansan buaya. 

Rena, ibu Markes duduk bersandar di rumahnya. Tatapan matanya kokosong. Wajahnya sendu diselimuti kesedihan. Saban hari ia berharap kabar baik dari tim SAR yang terus melakukan pencarian terhadap anaknya yang hilang. 

Namun hingga hari ketujuh, Markes belum juga ditemukan. Sesuai Standar Operasional Prosedur(SOP) Tim SAR memutuskan operasi pencarian dihentikan. Kesedihan Rena semakin dalam. Harapan bertemu jasad anak, pupus. Tinggal untaian doa yang bisa dipanjatkan. 

"Kami hanya berdoa, berharap anak kami, masih dapat ditemukan," tutur Rena dengan suara lirih. 

Dengan mata berkaca-kaca, Rena mengaku, tak menyangka anaknya menjadi korban keberingasan buaya. Markes awalnya mandi bersama sang kakak di lanting sungai.

Aktivitas yang saban hari dilakukan. Lokasi lanting berada di depan rumah. Sementara Rena ada di rumah, sambil memamtau. 

Ia ingat betul, jarum jam menunjukan pukul 13.00 WIB. Usai mandi, Markes dan kakaknya bergegas naik. Namun, di luar pemantauan, Markes tiba-tiba turun kembali. Tak disangka, buaya muncul ke permukaan air dan menyambarnya. Kejadian ini disaksikan teman korban. Rena segera diberi tahu.

"Di situlah saya baru tahu, dan saat lihat anak saya sudah tak ada lagi," ujarnya. 

Rena kontan panik. Ia berteriak histeris. Berupaya memberi tahu tetangga. Warga bergegas mencari buaya yang menyambar si bocah malang itu. Namun, jejak predator sudah tak dapat ditemukan. Sampai sekarang. Jasad Markes lenyap. 

Sudah Tiga Korban

Buaya memangsa manusia di Desa Tanjung Beringin, sudah tiga kali terjadi. Korban pertama dialami Jamal, operator pengangkut bibit sawit di salah satu perusahaan. 

Pada Setember 2024, Jamal tengah mengangkut bibit dan beraktivitas di Sungai Kelabau. Tak disangka, buaya muncul menerkam. Tubuhnya ditarik. Tercabik-cabik. 

"Dua hari pencarian, baru jasad korban kita temukan," kata Teguh Wahyudi, Unit Tim SAR Siaga Kayong Utara. 

Korban kedua, Ronaldo, bocah enam tahun di Simpang Aur, Desa Tanjung Beringin. Ia juga jadi korban keganasan buaya. Siang itu, 2 Februari 2025, Ronaldo mandi bersama paman. Juga tak disangka, buaya muncul menerkam.

"Sampai sekarang jasadnya tak ditemukan juga," ungkapnya. 

Kejadian ketiga, barulah peristiwa tragis itu dialami Markes Hasibuan. Ia diterkam buaya sebesar 4 meter pada 18 Februari 2025.

"Saat itu, korban tengah mandi," ungkapnya. 

Wahyudi mengaku sudah berupaya menyusuri Sungai Sejunuh mencari Markes. Bahkan malam hari, bersama warga mereka juga melakukan pencairan. Namun, hingga hari ketujuh, korban belum dapat ditemukan.

"Karena ini hari terakhir, maka operasi SAR kami tutup hari ini," ujar dia. 

Menurutnya, pencarian korban diterkam buaya memang sulit. Apalagi, korbannya adalah anak kecil. Terlebih di Sungai Sejenuh. Tempat habitat buaya. Sehingga upaya tim SAR melakukan pencarian hanya penyisiran saja.

"Ada puluhan ekor yang timbul saat kita mencari," ungkapnya. 

Walau operasi SAR ditutup, ia memastikan, bakal terus memantau perkembangan pencarian Markes. Ia pun berharap Markes masih bisa ditemukan. 

BKSDA Segera Memitigasi

Anggota DPRD Kalimantan Barat, Agus Sudarmansyah menyebut, kebringasan buaya disebabkan karena habitat mereka terganggu, rantai makanan mereka terputus. Akhirnya buaya kian bringas. 

"Karena mereka tidak lagi bisa mencari makanan yang mereka biasa makan. Manusia jadi korban," kata Agus Sudarmansyah. 

Agus berharap, kejadian ini tak terulang kembali. Ia mendorong pemerintah dan BKSDA melakukan mitigasi bencana. Supaya kejadian serupa tak kembali terjadi. 

"Karena kalau tidak, akan ada korban selanjutnya," katanya.

Terkhusus BKSDA Kalbar, ia minta agar segera turun ke lapangan memitigasi, melakukan penanggulangan dan pencegahan. Jangan BKSDA hanya berpangku tangan menunggu masyarakat menangkap buaya baru ditangkar.

"Karena persoalan ini sudah sangat meresahkan, meneror masyarakat. Jika pemerintah dan BKSDA tidak hadir di tengah masyarakat, maka ke depan akan ada korban-korban yang lain," paparnya. 

Agus pun mengimbau agar masyarakat tak lagi mandi di sungai. Mulailah beraktifitas mandi mengunakan ember. 

 "Jangan lagi terjun ke sungai, sudah tiga kejadian. Kita semua harus waspada jangan sampai kita lengah," pesannya.***

Leave a comment