Sambut Dies Natalies, Unair Gelar Pagelaran Wayang Semalam Suntuk

2024-11-21 19:50:01
Pagelaran Wayang Kiai di Universitas Airlangga Surabaya, Sabtu (2/11/2024) malam. (Antara)

SURABAYA, insidepontianak.com - Mengangkat tema Wayang Kiai, Sekolah Pascasarjana (SPS) Universitas Airlangga (Unair), mengadakan Pagelaran Wayang semalam suntuk, Sabtu (2/11/2024) malam.

Pagelaran Wayang semalam suntuk menyambut Dies Natalis Ke-70 Unair dan Hari Santri 2024.

Direktur SPS Unair Prof Dr Badri Munir Sukoco mengatakan pihaknya mengadakan Wayang Kiai dengan menggandeng PWNU Jawa Timur, sekaligus untuk memperingati Hari Santri 2024.

"Lakon dan tema yang diangkat sangat spesial, yakni Fatwa dan Resolusi Jihad dalam Perang Rakyat Semesta di Surabaya, 10 November 1945. Pagelaran wayang ini seru, karena kisah heroik resolusi jihad dan pertempuran Surabaya ini dibawakan oleh Ki Dalang Cahyo Kuntadi yang terkenal dengan aksinya," kata Prof Badri.

Pada siang hari menjelang wayangan itu, Unair mengadakan Sarasehan Kebangsaan dengan tema Reaktualisasi Spirit Resolusi Jihad bagi Generasi di Ruang Kuliah Internasional SPS Unair. Kegiatan yang dipandu Wadir III SPS Unair yang juga pengurus PWNU Jawa Timur Prof Suparto Wijoyo ini memang merupakan kolaborasi antara Universitas Airlangga melalui Sekolah Pascasarjana dengan PWNU Jawa Timur.

"Hadir pada kegiatan ini Rektor Universitas Airlangga Prof Mohammad Nasih, serta sejumlah narasumber yaitu Guru Besar FEB Unair Prof Bambang Tjahyadi, Guru Besar FEBI UIN KHAS Jember Prof Babun Suharto, serta Tokoh Gen Z Gus Yusuf Adnan yang juga putra Ketua PWNU Jatim Kiai Kikin Abdul Hakim Mahfudz," katanya.

Dalam Sarasehan Kebangsaan dengan PWNU Jawa Timur itu, Rektor Unair Prof Nasih menyambut baik kegiatan ini. "Konsep ketuhanan dalam aspek budaya atau konteks kearifan lokal hingga misalnya dalam konteks nasionalisme," katanya.

Catatan kedua dalam konteks resolusi jihad ini adalah bagaimana konsep mencintai suatu negeri adalah fardlu ‘ain. Unair adalah bagian dari entitas kebangsaan, yang di antara komponen bangsa itu ada Nahdlatul Ulama.

Oleh karena itu, perjuangan yang diinisiasi oleh alim ulama dan para pejuang pendahulu belum selesai. Dengan demikian, semangat para pejuang yang penuh dengan nilai melalui fleksibilitas dan kreativitas tersebut perlu dilanjutkan atau dikembangkan, misalnya Gen Z harus merdeka, dari malas beribadah menjadi beramal aktivitas positif.

Prof. Babun dari UIN Jember menilai setidaknya ada empat hal yang harus menjadi perhatian Generasi Z, yaitu kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif, menguasai komunikasi dan bahasa internasional, serta kemampuan kolaborasi yang baik. (Antara)

Leave a comment