Pasangan Capres dan Cawapres Ganjar-Mahfud Dorong Periset Indonesia Raih Penghargaan Nobel
JAKARTA, insidepontianak.com - Para ilmuwan Indonesia tertinggal di pentas dunia, saat ini belum ada yang pernah menang penghargaan Nobel.
Nobel merupakan penghargaan bergengsi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).
Alih-alih meraih penghargaan Nobel, para ilmuwan Indonesia kerap digambarkan hidup dalam ekosistem, budaya riset, kelembagaan dan dukungan dana.
“Pasangan Capres-Cawapres Ganjar-Mahfud akan membuat terobosan, agar ada Generasi Z dan Alpha, bisa meraih penghargaan Nobel sebelum tahun emas Indonesia 2045,” ujar Wakil Ketua TPN Ammarsjah Purba, di Jakarta, Minggu (28/1/2024).
Ammarsjah Purba mengatakan, para ilmuwan atau periset Indonesia, masih terbenam dalam kungkungan birokrasi dan kerumitan prosedur administrasi, dan pelaporan keuangan.
"Kenyataannya, penghargaan Nobel lebih sering diraih para ilmuwan dari segelintir negara," katanya.
Penghargaan Nobel sering diraih ilmuwan Amerika Serikat, negara-negara kawasan Eropa Barat, atau Jepang. Negara-negara itu, setidaknya, punya dua faktor yang mendukung ilmuwannya. Yakni, ekosistem dan kesejahteraan.
“Kita sudah sama-sama tahu, insentif bagi peneliti di negara-negara tersebut, terbilang besar," kata Ammarsjah Purba.
Itu sebabnya, banyak diaspora peneliti Indonesia yang lebih memilih tinggal di negara-negara tersebut. Hal itu yang harus dihindari. Selanjutnya, membuat periset Indonesia bahagia dan betah, bekerja di negeri sendiri.
Bagi pasangan Capres dan Cawapres Ganjar-Mahfud, ilmu pengetahuan dan teknologi adalah isu yang penting. Meski membutuhkan waktu lama untuk memetik hasilnya, karena merupakan kerja penelitian yang butuh ketekunan.
Generasi baru, utamanya Generasi Z dan Alpha adalah harapan bagi imajinasi masa depan, agar mampu menjadi periset berkelas Nobel pada Indonesia Emas 2045. Salah satu jalan dalam mencetak periset unggul adalah, kemudahan akses pendidikan bagi generasi baru.
Capres Ganjar Pranowo adalah figur yang tak mengenal lelah memikirkan dan mencari solusi bagi pendidikan, terlebih bagi mereka yang tidak mampu secara finansial.
Ikhiarnya antara lain, menjawab keluhan atas kereportan urusan administrasi pertanggungjawaban keuangannya, daripada substansi risetnya.
Ada beberapa hal dalam kultur akademik di Indonesia yang harus diperbaiki, agar bisa menggapai hadiah Nobel.
"Dalam hal kesejahteraan, Mas Ganjar dan Prof Mahfud akan meningkatkannya, mengingat anggaran riset Indonesia adalah yang terendah di antara negara anggota G20. Yaitu 0,28 persen dari PDB pada 2020,” jelas Ammarsjah Purba.
Pada seabad kemerdekaan, ada mimpi besar, salah satu warganya bisa meraih penghargaan Nobel, dan lembaga riset (BRIN) mampu menghasilkan insan unggul dan kompeten di bidangnya. Pasangan Ganjar-Mahfud siap menghadapi tantangan untuk memajukan Iptek.
Pasangan Capres dan Cawapres Ganjar-Mahfud peduli dan berikhtiar memajukan Iptek. Sebab, Iptek berorientasi jauh ke depan.
"Bila kita hanya biasa-biasa saja dalam mengelola Iptek, dikhawatirkan Indonesia juga bisa gagal memetik bonus demografi,” kata Ammarsjah Purba, menutup penjelasannya.
Leave a comment