Kota Pontianak dan Smart City
Kota Pontianak didirikan pada 23 Oktober 1771 atau 14 Rajab
1185 H. Pendirinya Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie. Sebagai kota yang sudah
berumur 253 tahun, pada Oktober nanti, banyak perkembangan sudah bisa kita
lihat dan rasakan, pada kota yang kita cintai ini.
Kita tentu saja
ingin terus membangun dan mengembangkan Kota Pontianak. Tak hanya sebagai salah
satu kota besar di Indonesia, bahkan dunia. Untuk menuju ke sana, tentu butuh
kerja keras kita semua, sebagai bagian dari warga yang tinggal di Kota
Pontianak.
Satu konsep atau
prinsip yang sedang mewacana dan berkembang sekarang adalah, Smart City sebagai
solusi bagi penyelesaikan masalah yang ada di perkotaan, khususnya di Kota
Pontianak.
Seperti dikemukan
IBM, perusahaan komputer di Amerika yang pertama kali mengulirkan konsep Smart
City, ada enam indikator untuk menyukseskan Smart City.
Indikator Smart City adalah, Smart Government (Pemerintahan Pintar), Smart
Economy, Smart Living (Hidup Pintar), Smart Environment (Lingkungan Pintar), Smart People (Masyarakat Pintar), Smart
Mobility (Mobilitas Pintar).
Smart City atau Kota Cerdas merupakan
konsep yang telah bergulir di sebagian besar kota dunia sekarang ini. Maksud
dari Kota Cerdas di sini adalah, bagaimana menciptakan suatu kota yang nyaman
untuk ditinggali. Dimana warganya mudah melakukan berbagai aktivitas di kota
mereka.
Smart City mengintegarasikan informasi
dalam kehidupan masyarakat kota. Konsep Smart City membantu masyarakat yang
berada di dalamnya, mengelola sumber daya secara efisien, memberikan informasi
yang tepat kepada masyarakat atau lembaga dalam melakukan kegiatannya. Juga
mengantisipasi kejadian tak terduga.
Selain itu,
konsep Smart City adalah, bagaimana cara menghubungkan infrastruktur fisik,
sosial, dan ekonomi dengan menggunakan ICT yang mengintegrasikan semua elemen
dalam aspek tersebut, dan membuat kota yang lebih efisien dan layak huni.
Konsep Smart City
memiliki arti, kota yang bisa menggunakan SDM, modal sosial dan infrastruktur
telekomunikasi modernya, demi mewujudkan pertumbumbuhan ekonomi berkelanjutan,
menuju kehidupan yang lebih tinggi dan menggunakan manajemen sumber daya yang bijaksana
melalui pemerintahan berbasis partisipasi masyarakat.
Seperti kita
ketahui, sekarang ini populasi penduduk di Indonesia 260 jiwa. Dari jumlah itu,
55% tinggal di perkotaan. Jumlah rumah tangga sekitar 60 juta dengan GDB
perkapita 3000. Pertumbuhan ekonomi sekitar 5,4 per
tahun.
Indonesia tergolong besar sebagai pengguna telepon seluler
yang mencapai 300 juta, dengan 4 juta PC, jumlah pengguna internet mencapai 80
juta. Dari jumlah itu, sebanyak 40% merupakan pengguna mobile. Jumlah pelanggan
broadband internet 23 juta, dengan 30 juta mobile internet user.
Berdasarkan hasil riset Asosiasi Penyelenggara Jaringan
Internet Indonesia (APJII), tahun 2024, sekitar 221 juta jiwa warga Indonesia
sudah terkoneksi internet. Tahun 2023, jumlah pengguna internet masih di angka
215 juta jiwa. Tapi, pengguna internet belum merata di Indonesia.
Lalu, bagaimana dengan Kota Pontianak?
Kota Pontianak pernah meraih Penghargaan Anugerah Kota
Cerdas 2015, kategori kota sedang (penduduk 200 ribu-1 juta jiwa), sebagai kota
bersih.
Berdasarkan data Disdukcapil Kota Pontianak, data
kependudukan Kota Pontianak Semester I Tahun 2023, berjumlah 676.096 jiwa.
Semester II Tahun 2023, berjumlah 679.818 jiwa.
Dalam rangka menuju Kota Cerdas, ada beberapa syarat yang
harus dilakukan. Yaitu, pembangunan soft infrastructure, hard
infrastructure dan culture.
Pembangunan Soft Infrastrukture dilakukan dengan menyiapkan
akses atau ruang publik dengan WIFI. Menyiapkan data digital yang bisa diakses
publik. Melalui cara itu, interaksi pemerintah dan masyarakat bisa terjadi.
Pembangunan Hard Infrastrukture dilakukan dengan menyiapkan
keamanan dan kenyamanan pada berbagai bidang publik. Seperti, transportasi
publik yang baik, penyediaan energi atau air yang berkelanjutan.
Pembangunan budaya dilakukan dengan membiasakan masyarakat
menggunakan teknologi informasi, sehingga memudahkan pelayanan online.
Pemerintah tidak
bisa bergerak sendiri. Masyarakat penghuni kota bagian penting dari konsep
Smart City. Sebagus apapun program dari pemerintah, kalau tidak didukung warga,
tidak bakal bisa berjalan program itu.
Misalnya saja pemerintah menggulirkan hidup sehat dan
menjaga lingkungan. Namun, karena tidak ada arahan kepada masyarakat, mereka
tetap saja membuang sampah sembarangan. Menutup got-got yang menjadi aliran
air. Artinya, harus ada edukasi yang diberikan kepada warga penghuni kota.
Kota sebagai tempat tinggal, harus memberikan berbagai
fasilitas dan kemudahan bagi warganya, untuk beraktivitas. Karena itu,
fasilitas, sarana dan prasarana yang baik menjadi penting bagi sebuah kota.
Bagi sebuah kota, infrastruktur yang baik menjadi sesuatu
yang patut disediakan. Begitu pun fasilitas pendidikan berkualitas. Atau,
fasilitas kesehatan yang mudah dijangkau. Termasuk juga penanganan sampah yang
baik, dan lainnya. Tanpa fasilitas yang memadai, warga bakal kesulitan
menjalani aktivitasnya.
Begitu pun warga, harus memiliki sikap cerdas dalam
menjalani kehidupan sehari-hari. Misalnya saja menjaga lingkungan tempat
tinggalnya. Menjaga sistem keamanan bersama di tempat tinggalnya, dan
lainnya.
Hal senada juga pada mobilitas manusianya. Ada pengaturan
yang baik pada sistem lalu lintas. Sehingga ketika warga kota beraktivitas dari
satu wilayah ke tempat lainnya, lebih mudah dan tidak mengalami kemacetan.
Ditengah perkembangan teknologi informasi yang kian
mutahir, semua fasilitas itu harus diringkas dan diinformasikan dalam suatu
website, medsos, atau aplikasi yang mudah diakses seluruh warga kota. Sehingga
ketika ingin mencari informasi apapun tentang kota yang ditinggali, bisa
didapat dengan mudah, cepat dan tepat. Prinsip Smart City mengintegrasikan
atau menyatukan informasi secara langsung bagi masyarakat yang ada di
perkotaan.
Nah, apa keuntungan yang diperoleh warga, ketika mereka
mudah mengakses dan mendapatkan berbagai informasi itu? Tentu saja warga akan
lebih mudah menjalankan aktivitas di kota yang ditinggali. Fungsi selanjutnya
tentu, meningkatnya ekonomi warga karena efisiensi dari mobilitas yang mereka
lakukan.
Misalnya, ketika harus menjemput anak sekolah. Melalui
sebuah aplikasi atau informasi di web atau medsos, warga ini tak mendapatkan
kesulitan ketika harus berhadapan dengan jalan macet, banjir atau peristiwa
mendadak yang bisa menghambat perjalanannya.
Begitu pun ketika harus mendaftarkan anaknya sekolah. Cukup
dari aplikasi di telepon genggam, sudah bisa menyelesaikan pekerjaan itu.
Contoh lain, ketika seorang pengusaha akan mengurus suatu izin, cukup dengan
mengisi persyaratan lewat website.
Untuk menuju ke arah sana, tentu saja butuh koordinasi
antar instansi terkait di seluruh kota. Data Bappeda Kota Pontianak, terdapat
Setwan, Inspeltorat, Satpol PP, 16 dinas, 6 Badan, 4 Kantor, 6 Kecamatan, dan
29 Kelurahan. Kedepannya, semua instansi ini harus menata informasi yang
dimiliki dan mempublikasikannya di web atau situs dengan informasi yang
terintegrasi dan terbaru.
Begitu pun dengan institusi swasta, perguruan tinggi,
sekolah, rumah sakit, klinik kesehatan dan lainnya. Semakin banyak instansi
yang memberikan informasi, semakin memudahkan kehidupan warga.
Dengan cara itu, tentu konsep Smart City bisa
lebih cepat kita terapkan di Kota Pontianak. Kote Kite…..*
Penulis:
Muhlis Suhaeri, CEO Inside Pontianak
Leave a comment