AJI Pontianak Gelar Sarasehan, Badah Dampak Teknologi Nuklir dan Keberlanjutan Energi

2025-04-27 18:39:37
Sarasehan AJI Pontianak hadirkan pembicara dari WALHI Kalbar, akademisi dan perwakilan jurnalis bahas dampak teknologi nuklir dan keberlanjutan energi. (Istimewa).

PONTIANAK, insidepontianak.com - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Pontianak, bekerja sama dengan Traction Energy Asia, gelar sarasehan bertajuk: “Menilik Transisi Energi Listrik Bertenaga Nuklir di Kalimantan Barat." 

Kegiatan ini dilaksanakan sebagai respons terhadap rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang diwacanakan dibangun setelah tahun 2025, dengan target operasional pada 2032.

Energi nuklir dianggap solusi jitu untuk mencapai net zero emission pada 2060. Ketua AJI Pontianak, Rendra Oxtora, mendorong kajian konfrehensif dilakukan sebelum pembangunan PLTN dimulai.

"Kami melihatnya, PLTN sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat. Namun proyek ini juga menimbulkan polemik di kalangan masyarakat," katanya.

Pemprov Kalbar bersama PLN sendiri telah setuju dengan rencana pembangunan PLTN tersebut. Hanya saja, beberapa organisasi masyarakat sipil seperti WALI, masih khawatir eksploitasi energi nuklir berdampak lingkungan dan memicu persoalan sosial. 

Pembangkit listrik tenaga nuklir menghasilkan limbah radioaktif, termasuk uranium mill tailings, bahan bakar reaktor bekas, dan limbah radioaktif lainnya. Bahan-bahan ini tetap radioaktif dan berbahaya bagi kesehatan manusia selama ribuan tahun.

Direktur WALHI Kalbar, Hendrikus Adam pun mengingatkan, teknologi nuklir memiliki risiko lingkungan yang tidak bisa sepenuhnya dikendalikan. 

Kerenanya, ia mendorong, rencana pembangunan PLTN harus didahului dengan kajian panjang dan tansparans. Supaya publik tahu potensi manfaat dan resikonya.

"Di sisi lain, eksploitasi alam yang massif juga memicu bencana alam seperti gempa dan banjir. Dampak-dampak ini harus benar-benar dihitung," jelasnya.

Baginya, pengembangan energi terbarukan yang lebih aman, murah, dan ramah lingkungan, seperti tenaga surya, air, dan biomassa, lebih makesense, proyek PLTN yang berisiko tinggi.

Jurnalis senior Kalimantan Barat, Andi Fahrizal, juga menyampaikan pandangannya mengenai transparansi pembahasan Perda tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Kalimantan Barat 2024-2043, yang secara tidak langsung menyebutkan rencana pembangunan PLTN. 

 

Menurutnya, pembahasan Perda tersebut dilakukan secara tertutup, dan hal ini menjadi perhatian penting bagi jurnalis untuk menjaga transparansi dalam pemberitaan terkait isu nuklir.

"Oleh karena itu, saya mendorong jurnalis untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang isu-isu teknis seperti ini, agar dapat menyajikan informasi yang lebih mendalam kepada masyarakat," tuturnya.

Akademisi Universitas Tanjungpura, Netty Herawati yang juga menjadi pembicara dalam sarasehan itu menyampaikan pandangannya terkait wacana pembangunan PLTN di Kalbar. 

Baginya, PLTN dapat menjadi solusi untuk transisi energi menuju sumber yang lebih bersih, murah dan berkelanjutan. 

"Kalimantan Barat, dengan kondisi geografisnya yang relatif aman dari ancaman bencana alam seperti gempa dan tsunami, dianggap sebagai lokasi potensial untuk pengembangan PLTN," katanya.

Namun, Netty juga menekankan pentingnya komunikasi dan kebijakan yang dapat mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap pembangunan PLTN, serta isu lingkungan terkait pengelolaan limbah radioaktif. 

Dia berharap agar semua pihak mendengarkan berbagai perspektif dalam proses perencanaan dan pembangunan PLTN ini.

Sarasehan yang digelar AJI Pontianak dan Traction Energy Asia sendiri menjadi salah satu ruang diskusi yang penting untuk membedah isu pembangunan PLTN tersebut.***

Leave a comment