Iwan Fals Nyanyikan Lagu Ibu, Fahruddin Faiz Sebut Tiga Makna, Balques Manisang Menangis

2024-09-21 17:49:40
Ilustrasi
MEDAN, insidepontianak.com - Program 'Suara Hati Ramadhan' yang bertajuk 'Emak' tampak menjadi episode berkesan bagi Balques Manisang. Balques Manisang terhanyut saat Iwan Fals menyanyikan lagu 'Ibu' dan menangis ketika Fahruddin Faiz membahas lirik. Bahkan, ketika sesi tanya jawab, Balques Manisang seperti tak kuasa. Iwan Fals & Band serta Fahruddin Faiz pun sampai tertawa kecil. Ya, lirik lagu 'Ibu' memang cenderung bisa membuat orang menangis. Namun, Fahruddin Faiz tidak membahas lirik lagu 'Ibu' secara harfiah. Dia lebih bercerita tentang tiga makna yang berhubungan dengan lagu yang dipopulerkan Iwan Fals pada 1988 itu. Nyatanya, tetap saja Balques Manisang menangis. Mengutip YouTube Iwan Fals Official, dikutip pada Selasa (4/4/2023), terdengar tarikan napas panjang usai Iwan Fals & Band menyanyikan lagu 'Ibu'. Balques Manisang sang pemandu acara tampak tegang sekaligus lega. "Ukhh...menghela napas panjang dulu nih," kata Balques Manisang. Di samping jurnalis tvOne tersebut duduk Fahruddin Faiz. Persis dengan Balques Manisang, penulis ini juga menarik napas panjang meski tidak begitu tampak. "Tapi kalau menangis tidak batal kan Pak Faiz?" tanya Balques Manisang. "Tidak..." jawab Fahruddin Faiz sambil tertawa. "Saya tak perlu menjelaskan soal kemuliaan seorang ibu, saya cuma mau cerita saja," kata Fahruddin Faiz kemudian. Maka, penulis bergelar doktor ini, mengatakan ada tiga makna terkait ibu. Yakni ibu sebagai yang menggerakan, menghidupkan, dan menyelamatkan. "Saya ambil cerita wayang, cerita ludruk, dan kisah tasawuf," katanya. Adalah Yudistira, cerita Fahruddin Faiz menurut versi Jawa dan bukan India, sosok yang tak mau turun ke medan perang. Saking cinta damainya, darah Yudistira pun digambarkan warna putih. Sampai akhirnya ibunya datang. "Yudistira, kalau kau tak mau ke medan perang, kembalikan air susuku," cerita Fahruddin Faiz. Dan, Yudistira pun menurut. Dia turun ke medan perang. "Jadi ini semacam ilustrasi. Artinya, ibu yang punya kuasa menggerakkan. Jadi Mbak Balques dan kawan-kawan manfaakan energi untuk bisa menggerakkan anak-anaknya," terangnya. Yang kedua adalah menghidupkan. Kisah ini tentang jagoan dalam cerita ludruk di Jawa Timur. Pahlawan itu bernama Sarip, berasal dari Desa Tambak Oso, Gedangan, Sidoarjo. Ceritanya Sarip ini tak pernah bisa mati. Setiap dibunuh Belanda, dia selalu hidup lagi karena sang ibu selalu teriak memanggilnya. "Sarip! Belum waktunya kau mati! Kamu harus hidup," cerita Fahruddin Faiz. Dan, itu bisa membuatnya hidup kembali. Artinya, kesaktian Sarip terletak pada ibunya. Dengan kata lain, setiap dia dengar suara ibunya, maka dia akan bangkit. Terus berulang-ulang. Hingga akhirnya Belanda tahu dan membunuh ibunya terlebih dahulu baru Sarip. "Ini sebenarnya ilustrasi kasar saja bagaimana seorang ibu sebenarnya adalah sumber kehidupan. Ibu adalah yang melahirkan dunia," terangnya. Lalu, Fahruddin Faiz mengutip pribahasa Inggris yang secara bebas diartikan ibu sebagai teman pertama, teman terbaik, dan teman selamanya bagi seorang anak. Saat kalimat itu disuarakan oleh Fahruddin Faiz, saat itulah Balques Manisang menangis. Awalnya tak ada yang menyadari, presenter itu tampak sekadar menyeka wajah. Namun, Iwan Fals melihat gerak Balques Manisang. "Wah, ini tampaknya harus menarik napas dulu ini, Pak," cetus Iwan Fals. "Ya Alhamdulliah kalau masih ada sentuhan ke sana," balas Fahruddin Faiz ke arah Balques Manisang. Tak lama kemudian, penulis buku 'Risalah Patah Hati' ini melanjutkan soal makna ketiga, yakni ibu sebagai penyelamat. Kisahnya tentang Uwais AL Qarni, putra Yaman yang sangat menyayangi ibunya. Ibunya menyandang penyakit menular kusta dan tak bisa berjalan. Nah, suatu ketika sang ibu minta berangkat haji. Karena itu, Uwais AL Qarni yang tak mau menolak permintaan sang ibu, berlatih fisik dengan menggendong anak sapi hingga besar. Hingga tibalah mereka naik haji. Di depan Ka'bah, Uwais AL Qarni berdoa agar Allah menampuni semua dosa-dosa ibunya. Mendengar doa itu, sang ibu yang berada digendongannya, kemudian bertanya kenapa doa hanya untuk dirinya saja. "Nanti kalau ibu selamat, nanti pasti ibu akan menyelamati aku di hadapan Allah," jawab Uwais AL Qarni seperti cerita Fahruddin Faiz. Dengan kata lain, kemuliaan yang diberikan Allah kepada Uwais AL Qarni karena baktinya pada ibu. "Nah, ketika cerita tadi adalah ilustrasi soal ibu yang menjadi pengerak, pemberi kehidupan, dan penyelamat kita," tutup Fahruddin Faiz. (Adelina)

Leave a comment