Fakta Sejarah Masjid Raya Al Mashun Medan, Sambut Idul Adha dengan Salat dan Dentuman Meriam

2024-09-28 00:25:17
Ilustrasi
MEDAN, insidepontianak.com - Masjid Raya Al Mashun Medan diresmikan pada 1909. Namun, baru pada 1937 masjid raja ini secara resmi menggelar Salat Idul Adha. Pada tahun itu ada tiga tempat yang tercatat menggelar salat Idul Adha secara akbar di Medan. Ketiganya adalah Masjid Raya Al Mashun, Lapangan Jalan Balistraat, dan Lapangan Sepakbola OSVB. Salat Idul Adha di Masjid Raya Al Mashun Medan diselengarakan oleh Al Jam'iyatul Washliyah. Pada tahun itu, belum ada pawai dan dentuman meriam. Baru tahun-tahun berikutnya, selesai Salat Idul Adha, dentuman meriam yang ditembakkan dari Istana Maimun yang lokasinya tak jauh dari masjid menambah semarak hari besar umat Islam tersebut. Ini tak lain karena ada kebijakan pemerintahan kolonial yang hanya menambahkan Idul Fitri dan Maulid Nabi sebagai hari besar umat Islam dalam kalendernya. Dan, kebijakan itu dimulai pada 1935. Artinya, dalam kalender pemerintah kolonial Belanda, Idul Adha tidak termasuk sebagai hari besar umat Islam. Ini sejalan dengan perayaan Idul Adha yang kurang tercatat. Mengutip akhirmh.blogspot.com, Senin (26/6/2023), pada 1935 di Medan mulai diakui hari-hari besar agama Islam seperti disiarkan media 'De Sumatra post' terbitan 06-03-1935. Namun, terdapat kekeliruan. Pengakuan ini dikaitkan dengan pemberian tanggal merah di dalam kalender. Dalam kalender pemerintah hanya disebut dua hari libur yakni Idul Fitri dan Hari Maulid. Tidak disebutkan Idul Adha. Sebelum 1935 tidak pernah terdeteksi bahwa Idul Adha dirayakan di Medan. Adanya perayaan Hari Raya Haji di Hindia Belanda dilaporkan kali pertama pada 1887. Namun, secara spesifik tidak dijelaskan di mana perayaan itu dilaksanakan. Sejak 1935 Idul Adha diperingati dengan melaksanakan Salat Ied. Namun belum dilaksanakan di Masjid Raya Al Mahsun. Dua tahun kemudian, 1937, kali pertama Masjid Al Mashun menggelar salat tersebut. Pada tahun itu ada tiga Salat Ied yang digelar secara akbar di Medan. Yakni di Masjid Al Mashun yang digelar oleh Al Jam'iyatul Washliyah, di Lapangan Jalan Balistraat oleh Komite Islam (Comite Islam), dan di lapangan sepakbola OSVB oleh Muhammadiyah. Menariknya, setahun kemudian atau 1938, setelah salat siswa-siswa Al Jam'iyatul Washliyah menggelar pawai di sekitar masjid Al Mahsun yang berakhir di Istana Maimun dan diterima oleh Sultan Deli. Dan, pada 1940 perayaan Hari Raya Idul Adha semakin menggema. Untuk menandakan Hari Raya Idul Adha dilakukan dengan tembakan meriam dari halaman istana sultan. Tembakan meriam serupa ini telah lebih awal dilakukan untuk menandakan Hari Raya Idul Fitri. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, perayaan Hari Raya Idul Adha tahun itu dilaksanakan di Masjid Al Mahsun yang dimeriahkan oleh siswa-siswa Al Jam'iyatul Washliyah. Untuk Komite Islam Salat Idul Adha dilaksanakan di Lapangan Jalan Balistraat, sedangkan Muhammadiyah di Lapangan Sepakbola OSVB. Demikian fakta sejarah soal Idul Adha di Medan, khususnya di Masjid Al Mashun. Semoga bermanfaat. (Adelina). ***

Leave a comment