Fakta Menarik Soal Desa Budaya Lingga, Tertua di Karo dan Dihuni Delapan Keluarga
MEDAN, insidepontianak.com - Di Kabupaten Karo ada sebuah desa yang ditetapkan sebagai desa budaya. Namanya, Desa Lingga dan berada Kecamatan Simpang Empat.
Desa ini merupakan desa tertua di Karo. Ditetapkan sebagai desa budaya karena Desa Lingga masih menyimpan peninggalan Suku Karo.
Di desa budaya ini ada juga Museum Karo Lingga yang menampilkan berbagai koleksi benda peninggalan seperti peralatan rumah tangga, alat pertanian, alat musik, dan sebagainya.
Mengutip direktoripariwisata.id dan pariwisata.karokab.go.id, Selasa (27/6/2023), Desa Lingga merupakan kawasan perkampungan adat dan sudah berumur lebih dari 250 tahun lamanya.
Sebagai informasi, hingga kini perkampungan di sini masih dihuni oleh delapan keluarga yang masih satu kerabat dekat. Setiap rumah yang ada masih mempertahankan gaya arsitektur zaman dulu dengan tidak memberikan sekat pada setiap ruangannya.
Dulunya Desa Lingga terbagi dalam beberapa sub-desa/bagian yang disebut dengan "kesain". Kesain merupakan pembagian wilayah desa yang namanya disesuaikan dengan marga yang menempati.
Kini Desa Lingga telah terbagi dua yaitu Desa Lingga Lama dan Desa Lingga Boru. Desa Lingga Lama atau dikenal dengan Desa Budaya Lingga merupakan wilayah desa yang awal.
Sementara Desa Lingga Boru merupakan desa bentukan pemerintah untuk merelokasi penduduk sehingga perkampungan lebih tertata.
Selain museum, di Desa Budaya Lingga terdapat peninggalan-peninggalan Suku Karo seperti Siwaluh Jabu (rumah adat), jambur (tempat berkumpul, musyawarah dan pesta), geriten (tugu pemakaman), kantur-kantur (kantor raja), lesung (tempat menumbuk padi), sapo page (tempat menyimpan padi), dan sebagainya.
Pada 2021 Desa Lingga menjadi salah satu desa yang ditetapkan menjadi Desa Pemajuan Kebudayaan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Ini setelah didaftarkan oleh Pemerintah Kabupaten Karo pada tahun 2019.
Letak Desa Budaya Lingga berada di ketinggian 1.200 meter dari permukaan laut. Desa ini berjarak 15 kilometer dari Berastagi atau 75 kilometer dari Kota Medan.
Waktu tempuh sekitar tiga jam perjalanan menggunakan kendaraan pribadi. Anda bisa menggunakan jalur menuju ke arah Berastagi kemudian melewati Jalan Simpang Empat, lalu berbelok ke Jalan Kiras Bangun.
Nah, berikut fakta menarik soal rumah adat Karo, Siwaluh Jabu:
1. Tidak Pakai Paku dan Miring 120 Derajat
Rumah ini dibangun tanpa menggunakan paku sebagai pengait antar-rangkanya. Selain itu, jika Anda memperhatikan lebih detail pada bagian dinding rumah ini, akan terlihat dinding yang miring ke arah luar dengan sudut kemiringan sekitar 120 derajat.
2. Kayu Pondasi Pakai Ijuk
Rumah Siwaluh Jabu biasanya memiliki panjang sekitar 17 meter, lebar 12 meter, dengan tinggi bangunan sekitar 12 meter. Pada area pertemuan tiap tiang pondasi pun diberikan ijuk yang berfungsi untuk menjaga kayu pondasi tersebut agar tidak lembab dan tetap kering.
3. Ijuk untuk Mengusir Hewan Melata
Ijuk juga digunakan untuk atap rumah. Fungsi utama digunakannya ijuk adalah menghindari hewan-hewan melata seperti ular dan sejenisnya agar tidak memasuki area rumah.
Di area atap juga ada hiasan yang terbuat dari anyaman bambu yang biasanya disebut dengan “Ayo” dan diletakkan di dalam sudut segitiga yang bernama “Lambe-Lambe”.
4. Ukiran di Dinding
Pada bagian dinding rumah, Anda akan melihat adanya ukiran yang mengelilingi setiap sisi rumah, hal ini berfungsi untuk menjadikan bangunan terlihat lebih megah dan juga memiliki arti sebagai sebuah simbol keamanan serta kejujuran.
Demikian fakta menarik soal Desa Budaya Lingga yang berada di Kabupaten Karo. Semoga bermanfaat. (Adelina). ***
Leave a comment