Tahi Lalat Tidak hanya Pemanis, tapi Bisa Berubah Jadi Kanker Kulit: Ini Ciri-cirinya

2024-09-24 16:20:41
Ilustrasi

MEDAN, insidepontianak.com - Tahi lalat biasanya dianggap sebagai pemanis oleh orang-orang. Namun, patut waspada, pasalnya tahi lalat bisa saja berubah menjadi kanker.

Kanker yang dimaksud adalah kanker kulit. Artinya, meski dijadikan pemanis, tetap saja seseorang harus awas dengan tahi lalat.

Secara umum tahi lalat bukanlah kanker dan bisa dikatakan tidak berbahaya, malah disukai karena bisa menjadi pemanis penampilan.

Yang jelas, tahi lalat adalah bintik kecil berwarna cokelat atau kehitaman di atas permukaan kulit. Nah, ketika letaknya cocok, maka seseorang biasanya bangga, begitu juga sebaliknya.

Tahi lalat terbentuk dari sel penghasil zat warna atau pigmen kulit bernama melanosit yang berkelompok. Kebanyakan tahi lalat tidak berbahaya. Akan tetapi, sebagian kecil tahi lalat bisa berubah menjadi kanker kulit.

Selain berwarna cokelat atau agak gelap, warna tahi lalat juga ada yang sama persis dengan warna kulit. Bentuknya ada yang bulat, oval, menonjol, atau datar.

Tekstur permukaan tahi lalat juga bervariasi, ada yang halus atau kasar, bahkan beberapa di antaranya ditumbuhi rambut.

Melansir alodokter.com. Selasa (22/8/2023), sebagian besar tahi lalat sudah ada sejak lahir atau baru tumbuh setelah lahir dalam rentang waktu 25 tahun pertama (usia 0-25 tahun). Jumlah rata-rata tahi lalat yang tumbuh secara normal ialah 10-40 buah.

Beberapa ahli menyatakan bahwa karakteristik tahi lalat diwariskan secara turun-temurun (genetik). Dengan kata lain, seseorang yang memiliki banyak tahi lalat atau memiliki tahi lalat dengan ciri tertentu kemungkinan akan memiliki keturunan dengan kondisi yang sama.

Tahi lalat bukanlah suatu penyakit yang menimbulkan gejala tertentu. Meski demikian, tahi lalat memiliki karakteristik yang khas dari segi warna, tekstur, bentuk, dan ukuran.

Meski umumnya tidak berbahaya, tahi lalat dapat berkembang menjadi kanker kulit melanoma. Penampilan tahi lalat yang mengarah ke kanker kulit melanoma berbeda dengan tahi lalat normal.

Tahi lalat pada kanker kulit melanoma memiliki ciri-ciri:

  1. Tahi lalat berubah bentuk, ukuran, dan warna
  2. Tepian kasar dan tidak rata
  3. Bentuknya tidak simetris
  4. Terdiri dari campuran 2–3 warna atau lebih
  5. Berdiameter lebih besar melebihi 6 mm
  6. Gatal, nyeri, atau mengeluarkan darah dan cairan

Lalu, seseorang dengan kondisi-kondisi berikut ini memiliki risiko lebih besar untuk terkena kanker kulit melanoma:

  1. Memiliki tahi lalat lebih dari 50 buah
  2. Lahir dengan tahi lalat yang berdiameter lebih 5 cm
  3. Memiliki tahi lalat dengan bentuk yang tidak biasa, berukuran lebih besar dibandingkan tahi lalat 4. normal, dengan warna cokelat tua di tengahnya dan warna lebih terang pada tepiannya yang tidak rata
  4. Sering terpapar radiasi ultraviolet (UV) dari sinar matahari sehingga berisiko terkena kanker kulit
  5. Memiliki anggota keluarga yang menderita melanoma
  6. Sering mengonsumsi obat-obatan, seperti obat antidepresan, antibiotik, dan obat hormonal, yang dapat menurunkan kinerja sistem kekebalan tubuh dan membuat kulit menjadi lebih sensitif terhadap sinar matahari
  7. Sudah pernah menderita kanker kulit melanoma
  8. Memiliki kulit sensitif yang mudah terbakar sinar matahari

Demikian informasi soal tahi lalat. Tidak sekadar pemanis, ternyata tahi lalat juga mengandung risiko. Contohnya, kanker kulit. Semoga bermanfaat. (Adelina). ***

Leave a comment