Presiden Prabowo Panen Jagung di Bengkayang, Petani Padi di Landak Dihantui Kekeringan

KALBAR, isidepontianak.com – Panen raya jagung serentak kuartal II, di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, berlangsung istimewa, Kamis (5/6/2025) pagi.
Pasalnya, panen raya ini dihadiri langsung Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, didampingi Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
Kehadiran kedua tokoh nasional itu disambut antusias masyarakat yang tumpah ruah di lokasi panen.
Kegiatan ini menjadi bagian dari program swasembada pangan nasional yang tengah digencarkan pemerintah menuju 2025.
Kabupaten Bengkayang, dipilih sebagai lokasi panen raya karena memiliki potensi besar dalam pengembangan sektor pertanian, khususnya tanaman pangan.
Kunujungan kerja Presiden Prabowo ke Bengkayang tak sekedar menyaksikan panen raya jagung.
Tapi ia juga diagendakan melakukan peletakan batu pertama pembangunan 18 unit gudang penyimpanan jagung, ekspor perdana jagung dari Kalbar ke Malaysia, dan penyerahan bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) kepada kelompok tani.
Namun, di balik gegap gempita panen jagung di Bengkayang karena dihadiri Presiden Prabowo, kabar kurang menggembirakan datang dari petani padi di Desa Paloan, Kabupaten Landak.
Memasuki musim kemarau, sejumlah lahan sawah di wilayah tersebut mulai mengalami kekeringan akibat tidak adanya irigasi.
“Irigasi tidak ada, jadi kami hanya bisa berharap hujan. Setelah ditraktor, sawah langsung kering. Mungkin hasil panen tahun ini agak berkurang,” keluh Minen, salah seorang petani Desa Paloan, Kamis (5/6/2025).
Ia menjelaskan, kondisi kemarau yang mulai melanda membuat petani kesulitan mengairi sawah.
Tidak adanya saluran irigasi dan mesin penyedot air memperparah situasi. Petani pun hanya bisa berharap pemerintah daerah bisa segera memberikan solusi.
“Mudah-mudahan pemerintah bantu lah, tahun depan atau tahun berikutnya,” harap Minen.
Hal senada diungkapkan Suwarni, petani lain di desa tersebut. Biasanya dalam setahun, petani di Paloan bisa panen dua kali dengan hasil sekitar 30 hingga 40 karung per hektare. Selain untuk konsumsi sendiri, sebagian hasil panen dijual untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
“Kalau dapat 30 karung, biasanya 10 dijual, 20 karung disimpan buat persiapan tanam berikutnya,” kata Suwarni.
Kondisi ini menjadi catatan penting bagi pemerintah, di tengah upaya mewujudkan swasembada pangan nasional. Keberhasilan panen jagung di satu daerah sebaiknya diiringi dengan perhatian serius terhadap problem klasik petani di daerah lain, khususnya terkait ketersediaan sarana dan prasarana pertanian seperti irigasi.***
Tags :

Leave a comment