MBG Gagal Bergizi, 20 Siswa SD di Ketapang Keracunan Lagi, 16 Dirawat di Rumah Sakit

2025-09-23 16:27:33
Siswa SD di Ketapang dirawat karena mengalami sakit perut dan muntah usai menyantap makanan bergizi gratis (MBG). (Istimewa)

KETAPANG, insidepontianak.com – Kejadian keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) masih terus berulang. Padahal pemerintah sudah menegaskan akan mengevaluasi.

Kali ini, kasus keracunan dialami 20 siswa SD Negeri 12 Benua Kayong, Kecamatan Benua Kayong, Kabupaten Ketapang.

Dari jumlah tersebut, 16 siswa terpaksa menjalani perawatan intensif di RSUD dr Agoesdjam Ketapang.

Anak-anak itu alami sakit perut dan muntah usai menyantap hidangan MBG, pada Senin (23/9/2025).

Kepala SDN 12 Benua Kayong, Dewi Hardina Febrianti, menjelaskan makanan MBG tiba di sekolah sekitar pukul 09.00 WIB. Tak lama setelah disantap, sejumlah siswa langsung mengeluhkan sakit perut.

“Awalnya kami tangani di Puskesmas Tuan Tuan. Tapi karena jumlah yang sakit terus bertambah dan kondisi melemah, akhirnya 16 siswa kami larikan ke RSUD dr Agoesdjam,” ujar Dewi.

Menu MBG yang disajikan terdiri dari nugget ikan hiu dan sayur. Dewi menduga penyebab keracunan berasal dari sayur yang kondisinya sudah tidak segar.

“Ikan hiu memang berbau amis, tapi saya menilai justru sayurnya yang bermasalah. Diduga basi karena sebelumnya sempat dipanaskan kembali,” ungkapnya.

Kepanikan Orang Tua

Insiden ini sontak membuat para orang tua siswa panik. Salah satunya, Asri Yani, yang mendampingi anaknya di rumah sakit.

“Saya kaget dapat kabar anak saya muntah di sekolah. Jujur, saya panik dan takut terjadi apa-apa. Untung pihak sekolah cepat membawa ke rumah sakit,” ucapnya.

Asri mendesak pemerintah daerah segera bertindak. Dapur penyedia harus diawasi ketat agar tidak asal-asalah menyajikan makanan.

“Jangan sampai anak-anak jadi korban lagi karena kelalaian,” tegasnya.

Hingga berita ini diturunkan, pihak sekolah bersama tenaga medis masih terus memantau kondisi para siswa yang dirawat di RSUD dr Agoesdjam.

Kejadian ini menjadi alarm keras bagi pemerintah daerah: tanpa pengawasan ketat, program MBG bisa kehilangan makna, bahkan berubah menjadi bencana.***

Leave a comment