Seni Tanjak, Warisan Budaya yang Bisa Jadi Peluang Ekonomi Kreatif

2025-09-26 12:17:47
Wakil Wali Kota Pontianak, Bahasan melihat tanjak yang dipajang. (Istimewa)

PONTIANAK, insidepontianak.com – Seni melipat tanjak tidak hanya menjadi bagian dari pelestarian budaya Melayu, tetapi juga berpotensi membuka peluang usaha baru bagi masyarakat.

Hal inilah yang ditegaskan Wakil Wali Kota Pontianak, Bahasan, saat menghadiri pelatihan seni melipat tanjak di Kampung Tanjak, Gang Amal, Kelurahan Siantan Hulu, Kecamatan Pontianak Utara, Kamis (25/9/2025).

Sebanyak 15 perajin mengikuti pelatihan yang digelar di pusat kerajinan tanjak tersebut. Kegiatan ini diharapkan mampu memperkuat identitas budaya sekaligus mendorong lahirnya pelaku ekonomi kreatif di Pontianak.

Bahasan mengapresiasi inisiatif Kampung Tanjak yang melibatkan masyarakat dan UMKM. Menurutnya, keterampilan melipat tanjak bukan sekadar tradisi, tetapi bisa bernilai ekonomi jika dikembangkan dengan baik.

“Ilmu yang ditularkan dalam pelatihan ini akan menjadi amal jariah. Dari hal sederhana seperti melipat tanjak, dampaknya bisa luas, mulai dari membuka peluang usaha baru hingga menambah penghasilan keluarga,” ujarnya.

Ia menambahkan, di tengah keterbatasan anggaran daerah, pelatihan seperti ini sangat penting untuk mendorong kemandirian masyarakat. Ke depan, kegiatan serupa diharapkan dapat melahirkan UMKM baru di enam kecamatan di Kota Pontianak.

Selain itu, Bahasan juga mendukung rencana pembangunan galeri di Kampung Tanjak sebagai ruang promosi dan pengembangan karya.

Keberadaan galeri tersebut dinilai akan memperkuat identitas kampung budaya sekaligus menjadi pusat pertumbuhan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal.

“Kalau orang bisa melipat atau membuat tanjak, tentu bisa berdampak langsung pada penghasilan. Mari kita manfaatkan keterampilan ini sebagai peluang usaha,” tambahnya.

Pengelola Kampung Tanjak, Suherman, mengungkapkan pelatihan ini diikuti peserta dari beragam latar belakang.

Ia berharap keterampilan tersebut tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga memberi nilai tambah secara ekonomi.

“Kampung Tanjak kami harap tidak hanya dikenal sebagai pusat budaya Melayu, tetapi juga ruang belajar dan pengembangan kreativitas. Dari pelatihan ini, masyarakat bisa membuat tanjak untuk kebutuhan adat maupun menjadikannya produk bernilai jual,” pungkasnya.***

Leave a comment