Dewan Kayong Utara Anshari Minta Pemerintah Gercep Atasi Krisis Solar di Pulau Karimata

KAYONG UTARA, insidepontianak.com – Anggota DPRD Kayong Utara, Anshari meminta pemerintah bergerak cepat mengatasi krisis solar yang terjadi di Pulau Karimata.
Persoalan itu menimbulkan keresahan. Mengganggu perekonomian. Pasalnya, dampak krisis solar membuat nelayan sulit melaut. Kelistrikan masyarakat di sana juga terancam padam.
"Bagaimana kita mau menuntaskan kemiskinan kalau masyarakat kita yang nelayan tidak dapat melaut karena tidak ada BBM? Dari mana mereka harus mencari nafkah untuk keluarganya?" ucap Anshari.
Kerena itu, legislator PKB itu mendesak persoalan kelangkaan solar segera teratasi, mengingat kebutuhan BBM bagi masyarakat nelayan yang sangat penting.
"Jangan dibiarkan berlarut-larut. Jangan sampai masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah karena muncul anggapan bahwa ada daerah-daerah yang dianaktirikan," katanya.
Sebelumnya, warga Pulau Karimata mengeluhkan kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar.
Kondisi ini dialami sejak awal 2025. Dampakya, nelayan kesulitan melaut, hingga terjadi pemadaman listrik di Desa Padang karena minimnya solar.
Wewen, salah satu warga Dusun Tanjung Ru, Desa Padang, Kecamatan Kepulauan Karimata, mengungkapkan, krisis solar ini telah berdampak besar pada kehidupan masyarakat setempat.
“Para nelayan kini hanya mendapatkan jatah terbatas, ada yang lima liter, ada yang sepuluh liter. Akibatnya, mereka tidak bisa melaut jauh untuk mencari ikan,” ujar Wewen pada Minggu (23/2/2025).
Ia juga menyoroti sulitnya masyarakat Desa Padang mendapatkan BBM bersubsidi atau BBM satu harga, meskipun pemerintah daerah sering mengklaim adanya program tersebut.
“Setahu saya, sejak puluhan tahun tinggal di sini, kami belum pernah benar-benar merasakan minyak subsidi dari pemerintah,” katanya.
“Kalau ada warga yang membeli BBM dalam jumlah besar untuk kebutuhan kapal dari Ketapang atau Sukadana, sering kali dianggap sebagai temuan oleh aparat,” lanjutnya.
Menurut Wewen, nelayan selama ini mengandalkan kapal cumi dari Jawa yang datang membawa BBM. Barternya, dengan barang seperti pisang untuk mendapatkan solar.
Dampak kelangkaan ini juga dirasakan oleh warga dalam kehidupan sehari-hari. Desa Padang kini terancam gelap gulita karena pasokan solar untuk pembangkit listrik semakin menipis.
“Listrik desa sekarang hanya menyala beberapa jam saja pada malam hari karena krisis BBM solar ini benar-benar parah,” tutup Wewen.
Masyarakat berharap pemerintah segera mencari solusi untuk mengatasi kelangkaan solar di Kepulauan Karimata agar kehidupan mereka bisa kembali normal.***
Tags :

Leave a comment