Pantai Nipah Lombok Barat: Surga Snorkeling Dilahirkan Ulang oleh Konservasi
LOMBOK, insidepontianak.com - Pantai Nipah di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, diam-diam memperlihatkan pesonanya sendiri.
Pantai Nipah bukan sekadar objek wisata snorkeling baru, melainkan sebuah pelabuhan bagi wisatawan yang merindukan pertemuan intim dengan alam dan ketenangan yang sejati.
Inilah kisah tentang sebuah pantai yang lahir kembali dari semangat konservasi dan menjadi jawaban bagi para pencari damai di bawah laut.
Kisah Nipah sebagai surga snorkeling tidak lepas dari perjuangan masyarakat lokal. Sosok Fikri yang merupakan anggota pelestari penyu dari Turtle Conservation Community (TCC) Nipah menceritakan awal mula perjuangan mereka.
Pantai Nipah, dulunya menghadapi tantangan serius berupa perburuan penyu dan telur yang marak dilakukan penduduk lokal.
"Kami sebagai masyarakat di sini merasa punya tanggung jawab untuk melindungi dan melestarikan semua ekosistem bawah laut, termasuk penyu," ucap Fikri.
Dengan semangat melindungi alam, TCC Nipah secara resmi terbentuk di tahun 2018. Fokus utama mereka adalah konservasi penyu, sebuah langkah yang secara perlahan, namun pasti, membuahkan hasil luar biasa.
Berkat upaya itu, perairan Nipah, kini menjadi rumah yang aman bagi biota laut dan membuat populasi penyu mudah dijumpai oleh para wisatawan.
Fikri menyebutkan keberadaan TCC telah memberikan efek positif yang signifikan, tidak hanya bagi lingkungan, tetapi juga bagi pariwisata lokal.
Ia melihat bagaimana pemandu dan wisatawan yang menghindari kepadatan di Gili Tramena maupun Senggigi, kini mulai melirik Nipah.
Pantai Nipah menjadi tujuan wisata alternatif yang menawarkan keindahan karang dan jaminan bertemu satwa laut yang tak lagi mudah ditemukan di lokasi lain.
Nipah bukan hanya tentang snorkeling dan menyelam biasa, namun juga eksplorasi ekosistem yang hidup, tempat di mana wisatawan dapat menyaksikan Penyu Hijau, Penyu Sisik, dan Penyu Lekang berenang bebas di antara terumbu karang yang mulai direstorasi oleh pegiat konservasi.
Fikri dan komunitasnya berharap semangat konservasi terus didukung semua pihak. Mereka ingin Nipah menjadi proyek percontohan yang ideal, menjamin kesinambungan antara pariwisata dan pelestarian, sehingga mampu meningkatkan nilai ekonomi masyarakat secara signifikan.
Pantai Nipah telah membuka lebar pintu dan menawarkan ketenangan yang sulit tertandingi sebagai gerbang masuk menuju keajaiban bawah laut di Pulau Lombok.
Harmoni Bawah Laut
Di tengah kesejukan Pantai Nipah, Among menyambut setiap pengunjung. Sebagai salah satu penyedia penyewaan alat snorkeling, ia merupakan bagian garda terdepan yang menjaga kelestarian perairan.
Dengan wajah ramah, Among menjelaskan bahwa usaha penyewaan alatnya yang berjalan sejak tahun 2022 telah menjadi saksi bagaimana perairan Nipah menarik hati banyak penyelam laut dangkal.
Keindahan karang perairan Nipah yang masih alami dan bagus, serta jaminan bertemu penyu menjadi daya tarik tak terbantahkan. Para wisatawan hampir setiap hari bisa melihat penyu, saat snorkeling di perairan Nipah.
Di balik keindahan itu, Among memaparkan tantangan yang harus dihadapi, sekaligus menjadi pengingat yang menyentuh bagi setiap pengunjung.
Sampah yang terbawa angin atau hanyut dari daratan merupakan kendala terbesar yang dihadapi Pantai Nipah.
Plastik-plastik sampah sering terhanyut ke laut dan berpotensi dimakan penyu karena bentuknya mirip ubur-ubur, makanan favorit mereka.
Selain itu, penyu juga sering terjerat jaring atau tersangkut kail pancing nelayan, sebuah risiko yang menuntut upaya pelestarian yang lebih ekstra dari komunitas TCC Nipah.
Melalui cerita tersebut, Among berharap setiap penyewaan alat snorkeling di Nipah bukan hanya tentang menikmati alam, tetapi juga tentang tanggung jawab.
Prinsip utama yang dijaga adalah perlindungan biota laut, termasuk memastikan pengunjung tidak naik ke karang dan tidak boleh menyentuh penyu.
Melalui penyewaan alat yang terjangkau—masker dan snorkel seharga Rp25.000 per jam—Among tidak hanya menjual jasa, tetapi juga menanamkan kesadaran lingkungan kepada setiap turis.
Kehangatan Komunitas
Komitmen komunitas dan keindahan alam bawah laut mencuri hati Svetlana Elkina, seorang turis asal Rusia, yang akrab dipanggil Lana.
Ia memilih Nipah, bukan hanya karena airnya yang lebih tenang dan tidak ada gelombang, tetapi juga karena perbandingan proyek konservasi.
Lana merasa cara TCC Nipah merawat tukik lebih alami dan natural dibandingkan tempat lain yang ia temui di Gili Tramena yang cenderung menahan tukik terlalu lama di kolam.
Lana menjalani snorkeling hampir setiap hari karena jatuh cinta kepada suasana sosial, lingkungan, dan isi bawah laut.
Ia bahkan pernah menghitung saat air sedang kurang jernih, sekalipun masih bisa melihat sekitar sepuluh penyu berenang.
Bukan hanya biota laut yang memikat Lana. Suasana kekeluargaan di komunitas Nipah menjadi alasan terkuat mengapa ia betah.
"Saya suka sekali tim TCC. Saya suka mereka yang ramah dan mereka selalu kerja bersama sama. Mereka selalu senyum dan bercanda," kenang Lana, mengungkapkan suasana yang bagus, mudah berkomunikasi tanpa stres, dan penuh kegembiraan.
Saking cintanya, Lana mengaku sering merekomendasikan dan memanggil banyak orang untuk datang dan berbagi pengalaman menenangkan tersebut.
Ia sendiri telah menjadi bagian dari upaya pelestarian Nipah, menunjukkan betapa mudahnya jatuh cinta pada tempat yang dihuni oleh orang-orang yang peduli.
Nipah telah membuktikan dirinya sebagai tempat di mana ketenangan laut bertemu dengan kehangatan komunitas, dan di mana setiap snorkeling bukan hanya rekreasi, tetapi juga janji untuk melestarikan.
Dari perjuangan Fikri, hingga peringatan lembut Among tentang sampah dan jaring pancing, kemudian senyum Lana yang jatuh cinta, Pantai Nipah mengundang kita untuk merangkul keindahan Lombok secara lebih bertanggung jawab, menjadikannya bukan sekadar alternatif, tetapi pilihan utama bagi hati yang haus kedamaian bahari.***

Leave a comment