Mengantar Arwah Berlayar Menuju Kayangan
Ritual bakar replika kapal Wangkang menjadi puncak penutup sembahyang kubur atau perayaan Cung Yuan, bagi masyarakat Tionghoa yang digelar setiap tanggal 5 bulan 7 tahun Imlek. Maknanya, kapal Wangkang yang dibakar untuk mengantar arwah leluhur kembali ke kayangan.
Tahun ini, penutup sembahyang kubur jatuh pada Rabu (30/8/2023). Masyarakat Tionghoa Pontianak, menggelar ritual ini di Komplek Pemakaman Bhakti Suci, Adisucipto, Kubu Raya. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
Menurut kepercayaan umat konghucu, prosesi sembahyang kubur membuka pintu akhirat. Arwah leluhur yang sudah meninggal diyakini turun ke bumi.
Karena itu, sejumlah persembahan digelar di halaman pemakaman. Ada buah-buahan, sayur-sayuran dan berbagai makanan lainnya.
Persembahan ini ditumpuk dalam satu wadah. Dilengkapi bendera kecil berwarna putih. Digelar berjejer membentuk persegi. Masyarakat Tionghoa pun mengelilingi.
Setelah semua persembahan terkumpul, mereka berebut mengambilnya kembali. Kegembiraan tercipta. Semua tertawa. Ritual ini disebut sembahyang rebut.
"Sembayang rebut sebagai simbol saling berbagi dan memberikan kepada yang membutuhkan," kata Holim Hong, pengurus Yayasan Bakti Suci.
Setelah itu, acara puncak sembahyang kubur ditutup dengan membakar replika kapal Wangkang yang dibuat dari kayu, bambu dan dibalut kain sebagai dinding.
Ornamennya khas. Di dalamnya berisi replika awak kapal, dan bala pasukan yang terbuat dari kertas. Ada juga uang kertas, hingga makanan yang dimuat.
Ini menjadi simbol perlengkapan untuk "berlayar" mengantar arwah para leluhur yang telah turun ke bumi agar bisa pulang dengan tenang di tempat keabadian.
Setelah semua perlengkapan "berlayar" siap, beberapa orang mengelilingi replika kapal Wangkang tersebut. Mereka, masing-masing memegang obor. Satu orang sembahyang berdiri di atas replika kapal Wangkang, merapal mantra memegang dupa.
Setelah proses itu selesai, kapal disulut dengan obor. Api berkobar. Tanda, kapal Wangkang pengangkut arwah sudah berlayar menuju kayangan.
Agar api tak menjalar, beberapa petugas pemadam menyemprotkan air, hingga replika kapal Wangkang dan segala isinya benar-benar habis tinggal abu.
Holim Hong, pengurus Yayasan Bakti Suci mengatakan, sembahyang kubur pada tanggal 15 bulan 7 penanggalan Imlek menjadi ritual wajib bagi kepercayaan Konghucu.
“Tradisi ini memiliki makna sebagai bentuk mengantar arwah yang telah meninggal, kembali ke kayangan,” ujar Holim
Makna lain sembahyang kubur yaitu, untuk meminta keselamatan, diberikan kesehatan dan kesuksesan di kehidupan selanjutnya.
Sembahyang kubur setiap tanggal 5 bulan 7 tahun Imlek dengan berbagai ritual itu, tak pelak menarik perhatian masyarakat banyak. Tradisi ini pun sudah menjadi wisata budaya.
Masyarakat umum, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa ikut memadati komplek pemakaman Bhakti Suci Rabu kemarin. Setiap tahun begitu. Selalu ramai.
Ini menjadi bukti, kemajemukan yang ada, dengan berbagai keunikan budaya, justru menjadi wadah merajut kebersamaan. (Evi)***
Leave a comment