Pemkab Kayong Utara Gandeng ITB untuk Pengembangan Kawasan Wisata Bahari Karimata
KAYONG UTARA, insidepontianak.com - Pemerintah Kabupaten Kayong Utara, gandeng Institut Teknologi Bandung atau ITB untuk pengembangan kawasan wisata bahari di Kepulauan Karimata.
Kedua belah pihak pun telah membahas berbagai kajian, sebagai langkah awal dalam perencanaan program ini, dalam forum Fokus Group Discussion (FGD), Senin (6/3/2023).
Tim peneliti ITB telah menyampaikan penyusunan perencanaan wilayah berbasis landscape di Kepulauan Karimata untuk pengembangan kawasan wisata bahari dan budidaya perikanan.
FDG ini juga diikuti langsung oleh Bupati Kayong Utara, Citra Duani serta Kepala Organisasi Perangkat Daerah terkait, Camat Kepulauan Karimata yang mewakili, hingga Kepala Desa Pelapis.
Dalam arahannya, Bupati Citra menyampaikan luas wilayah Cagar Alam Laut (CAL) dan hutan lindung di Kabupaten Kayong Utara menjadi mayoritas.
Untuk itu, Bupati Citra berharap pengembangan kawasan yang menjadi kewenangan Kabupaten perlu dimanfaatkan dengan maksimal, untuk kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
"Masyarakat Karimata harus sejahtera maka perlunya dilakukan kajian-kajian, mencari solusi untuk mereka yang berada di kepulauan," kata Bupati Citra.
Menurutnya, cagar alam laut hingga hutan lindung yang ada di Kayong Utara menjadi mayoritas. Sehingga sumber daya alam atau SDA yang bisa dikelola, hanya 41 persen.
"Namun, dengan keterbatasan ini, kita harus memiliki daya saing, harus terus bergerak untuk memikirkan kesejahteraan masyarakat sampai ke daerah-daerah terpencil yang ada di Kayong Utara," papar Bupati Citra.
"Maka dari diskusi hari ini, merupakan diskusi hasil riset ke depan bagaimana pariwisata kita di sana bisa dijual, serta apa yang bisa dikembangkan di Kepulauan sehingga dapat memberikan rekomendasi yang tepat," sambungnya.
Ia juga mendorong agar dibuat grand design atau rancangan induk untuk pengembangan kawasan kepulauan, supaya potensi yang ada bisa dipetakan dengan baik.
"Kita juga ingin mengubah paradigma masyarakat nelayan bukan lagi mencari ikan, namun menangkap ikan dengan dibangunnya keramba ikan, ini semua perlu edukasi dan pelatihan," tambah Citra.
Sementara itu, Dosen Magister Arsitektur Landscape ITB, Firmansyah mengungkapkan, berdasarkan kajian yang dilakukan pihaknya selama kurang lebih satu pekan di Kepulauan Karimata, menghasilkan satu analisa.
Di mana, daerah tersebut memiliki perbedaan sebagai kawasan dengan keterbatasan aturan cagar alam dan masyarakat, yang hidup beratus tahun, dengan kebiasaan dan adat istiadat yang bisa dijadikan potensi untuk mengembangkan wisata.
"Kita tidak akan membuat (perencanaan) melompat jauh, tetapi bagaimana keterlibatan masyarakat di dalamnya bisa turut menjadi bagian pengembangan wisata khusus berbasis masyarakat," kata Firmansyah.
Artinya dalam hal ini, lanjut Firmansyah, masyarakat juga harus dilibatkan tidak hanya melayani, tetapi menjadi bagian dalam proses wisata itu sendiri.
"Kami berharap, kalau nanti di sana ada desa wisata, yang mengelola masyarakat juga terlibat. Kalaupun ada pihak investor luas yang masuk, masyarakat juga harus terlibat," kata Firmansyah.
"Karena itu pesan Pak Bupati bahwa masyarakat Karimata itu harus kita tingkatkan kemakmurannya kesejahteraannya karena selama ini memang belum tersentuh," sambungnya.
Selain itu, dia juga menaruh harapan dengan melihat potensi Kepulauan Karimata yang luar biasa, maka ke depan bisa menjadi daerah wisata dan budidaya maritim pesisir.
Untuk melaksanakan berbagai program ke depan, maka dibutuhkan sinergitas dari berbagai pihak dalam mengumpulkan data, baik fisik maupun non fisik guna mendukung perencanaan tersebut.
"Tidak hanya bicara tentang masyarakatnya tetapi data-data fisik yang mendukung kita karena di landscape itu, peta menjadi dasar tentang struktur kawasan, landscape kawasan. Sehingga, mengambil keputusan atau rekomendasi tadi yang berbasis itu menjadi tepat, dan ini tidak bisa berjalan sendiri harus bersinergi," papar Firmansyah.***
Leave a comment