Si Manis Hintalu Karuang, Bubur Khas Suku Banjar, yang Diburu Saat Ramadan
MEDAN, insidepontianak.com - Ramadan atau bulan puasa identik dengan makanan berbuka yang manis dan cair alias berkuah. Maka, cobalah hintalu karuang, bubur khas Suku Banjar yang berasa manis dan lezat.
Sebagai informasi, hintalu karuang adalah kuliner yang sangat populer saat Ramadan. Bubur khas ini tidak hanya diminati masyarakat Suku Banjar, tapi sudah menyentuh siapa saja.
Itulah sebab, ketika Ramadan tiba, hintalu karuang banyak didagangkan di berbagai kota yang ada di Kalimantan. Bubur khas Suku Banjar ini bahkan bisa dikatakan sudah menyaingi kolak.
Melansir budaya-indonesia.org dan gramedia.com, Kamis (21/9/2023) sejatinya hintalu karuang mempunyai penampakan yang sangat mirip dengan kuliner biji salak. Bentuknya yang bulat-bulat kecil dimasak dengan kuah dari gula merah.
Selain dari gula merah, biasanya camilan ini juga ditambahkan dengan santan sehingga rasanya merupakan perpaduan manis dan gurih.
Di Jawa, ada juga bubur sejenis ini tapi bulatan isinya sedikit lebih besar dan biasa disebut sebagai jenang grendul atau ada juga yang menyebut sebagai bubur candil.
Hanya saja, kuah manis gurih campuran dari santan dan gula merah pada bubur Hintalu Karuang langsung dicampur dengan isiannya sedang pada bubur candil biasanya disiramkan ketika mau dihidangkan atau disantap.
Hintalu karuang adalah bubur yang kental dengan banyak bulatan kenyal di dalamnya. Berwarna cokelat dan rasanya manis. Makin lama bola-bola tepungnya terendam kuah, makin nikmat rasanya.
Bubur ini juga mengandung air daun pandan. Airnya dicampur dengan adonan tepung ketan dan garam. Kemudian diuleni hingga kalis. Lalu, tinggal dibentuk bulat-bulat.
Kuahnya yang kental dan bulatan hintalu karuang yang kenyal saat digigit, membuat cita rasanya nikmat. Bisa juga ditambah toping seperti bubur sumsum/kokoleh dan telur mutiara. Itulah sebab, makanan ini banyak diburu.
Dan sejak lama, bubur ini menjadi salah satu kuliner favorit masyarakat Muslim di Kalimantan saat berbuka puasa. Banyak ditemukan saat Ramadan, dijual sebagai menu takjil saat berbuka selain kolak pisang.
Secara nama, hintalu karuang memang cukup unik dan terdengar aneh di telinga. Cemilan ini memang dinamakan demikian karena berasal dari bahasa Suku Banjar.
"Hintalu" dalam bahasa Indonesia berarti telur, sementara "Karuang" adalah kelelawar. Namun jangan salah sangka, bubur khas Suku Banjar ini tidak berhubungan dengan kelelawar.
Artinya, bubur tidak dibuat dari daging kelelawar. Jadi, penamaan ini semacam perumpamaan saja karena bentuk bubur mirip telur kelelawar.
Masalahnya, kelelewar tidak bertelur karena berkembang biak dengan melahirkan, itulah sebab ada yang mengatakan "Karuang" bukanlah kelelawar melainkan burung di Pulau Kalimantan yang jelas-jelas bertelur.
Burung yang dimaksud seperti kutilang atau burung cucak. Melansir sudutbumi.com, Kamis (21/9/2023), karuang merupakan jenis burung endemik yang hanya ditemukan di Pulau Kalimantan.
Karuang ini termasuk ke dalam keluarga Trogonidae, yang terdiri dari lebih dari 40 spesies burung di seluruh dunia. Karuang Kalimantan memiliki panjang sekitar 30 cm dan berat sekitar 100 gram.
Bulu burung jantan berwarna hijau kebiruan dengan garis-garis merah dan kuning pada perutnya. Sedangkan pada burung betina, warna bulunya lebih cokelat kemerahan dengan bercak-bercak putih pada bagian bawahnya.
Selain itu, karuang memiliki paruh yang panjang dan membulat seperti gergaji, serta memiliki sayap yang pendek dan lebar.
Nah, telur karuang ini dianggap mirip dengan bola-bola yang ada di bubur khas Suku Banjar tersebut.
Demikian soal bubur khas Suku Banjar, hintalu karuang, makanan manis yang selalu diburu ketika Ramadan tiba. (Adelina). ***
Leave a comment