Warga Suka Bangun Ketapang Dukung Sutarmidji Jadi Gubernur Kalbar Lagi, Harap Petani Diperhatikan

2024-11-22 15:34:48
Calon Gubernur Kalbar nomor urut 1, Sutarmidji saat silaturahmi dialogis di Suka Bangun Kabupaten Ketapang. (Tim Media Midji-Didi)

KETAPANG, insidepontianak.com – Warga Desa Suka Bangun, Kabupaten Ketapang, dukung Sutarmidji agar bisa memimpin Kalbar lagi di periode kedua.

Dukungan ini disampaikan warga saat Sutarmidji menggelar kampanye dialogis di Desa Suka Bangun, pada Kamis (17/10/2024) malam.

Momentum ini pun dimanfaatkan warga menyampaikan aspirasi. Yang diinginkan masyarakat Desa Suka Bangun ke depan adalah, nasib petani diperhatikan.

Ke depan, program peningkatan produksi pertanian diharapkan lebih massif. Sebab, beberapa tahun belakangan, hasil pertanian di Desa Suka Bangun menurun.

Desa Sungai Bangun sendiri memiliki enam kelompok Gapoktan. Ibrahim menjadi ketuanya. Kata Ibrahim, mereka sagat perlu perhatian pemerintah untuk meningkatkan hasil panen.

"Kami mendukung Pak Sutarmidji kembali terpilih menjadi gubernur, kami mohon pertanian di Desa Sungai Bangun diperhatikan, banyak lahan tidur, hanya 25 persen yang berfungsi,” ucap Ibrahim kepada Sutarmidji.

“Kami siap memberikan dukungan kepada Pak Sutarmidji agar terpilih kembali menjabat sebagai Gubernur Kalbar," lanjutnya.

Ibrahim menyampaikan, bantuan pertanian yang diharapkan ke depan seperti pengadaan alat mesin pertanian (alsintan) dan pembangunan jalan usaha tani.

“Kami mohon diperhatikan alsintan, karena kami saat ini masih manual, lalu jalan pertanian kami mohon diperhatikan juga, semoga Bapak Sutarmidji dapat membantu kami," harapnya.

Sutarmidji pun memastikan, siap membantu kebutuhan alsintan di Desa Suka Bangun, jika kembali diberi amanah memimpin Kalbar. Menurutnya, bantuan alsintan bisa diusulkan lewat perangkat daerah terkait.

"Kalau alsintan oke, kalau saya jadi gubernur, kan dilantik 7 Februari (2025), satu atau dua bulan setelah itu, alatnya pasti sudah datang, catat omongan saya," janjinya.

Sementara untuk jalan usaha tani, agar bisa cepat ditangani, Midji menyarankan masyarakat meminta dukungan kepada anggota DPRD Kalbar dapil Kalbar 8 (Kayong Utara dan Ketapang).

Itu karena setiap tahunnya anggota DPRD memiliki program aspirasi atau pokok-pokok pikiran (pokir) untuk pembangunan di dapil masing-masing. Yang jumlahnya sekitar 40 paket pembangunan per orang, dengan masing-masing paket sebesar Rp200 juta.

"Nanti saya coba bicarakan dengan beberapa (anggota DPRD) yang saya kenal, pasti bisa, jalan tani itu tidak mahal," katanya.

Selain itu, agar hasil produksi pertanian bisa maksimal, Midji juga meminta masyarakat memperhatikan tata ruang wilayah di masing-masing daerah.

Jangan sampai, kata dia, lahan persawahan jaraknya berdekatan dengan perkebunan kelapa sawit. Jika itu terjadi, ia memastikan produksi padi tidak akan optimal, dan para petani hanya akan merugi.

"Karena sawit itu nyerap air sampai (kedalaman) 70 sentimeter dari permukaan, makanya (perkebunan sawit) ada parit-parit. Kalau padi itu dua sentimeter di bawah permukaan (tanah) harus (terus) lembab, kalau sudah diserap sawit 70 sentimeter kering itu pertanian," ujarnya.

Untuk itu tata ruang wilayah pertanian, harus tepat. Masyarakat sebagai pemilik lahan jangan serampangan memanfaatkan lahan untuk perkebunan kelapa sawit, hingga tidak memperhatikan pertanian di sekitarnya.

"Memang tanah (milik) bapak, ibu tapi itu harus diatur, jangan suka-suka, kalau tidak lumbung pangan bapak, ibu bisa habis. Tanah itu ada fungsi sosial jadi harus dibenahi, tata ruangnya harus ketat, tidak bisa tidak," ucapnya.

Kerena lanjut dia, petani baru bisa untung ketika udah bisa menghasilkan padi di atas tiga ton per hektare. Dengan demikian Nilai Tukar Petani (NTP) akan tinggi.

Midji mencontohkan seperti di Kabupaten Sambas, lahan pertaniannya bisa menghasilkan sampai enam ton per hektare, karena kawasan pertaniannya jauh dari perkebunan kelapa sawit.

Midji mengatakan, dengan kondisi lahan di Kalbar sebenarnya bisa menghasilkan lebih dari enam ton padi per hektare. Asal irigasi, dan pupuknya baik.

"Jadi petani itu, minimal tiga ton (per hektare) baru bisa balik modal, di bawah itu (pasti) rugi. Mudah-mudahan di sini bisa di atas tiga ton, Insyallah bisa, dan tidak susah itu, asal jangan jarak 100 meter ada kebun sawit. Kalau ada lahan jadi lahan tidur, nanti akan ada program peningkatan swasembada pangan," pungkasnya.***

Leave a comment