UKM Sarang Semut Untan Gelar Ruang Apresiasi dan Ekspresi Kesenian

2024-09-20 16:24:17
Ilustrasi

PONTIANAK, insidepontianak.com - Berangkat dari kegelisahan terkait minimnya keberadaan ruang apresiasi dan ekspresi kesenian di Kota Pontianak.

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Sarana Pengembangan Seni Mahasiswa (Sarang Semut) Universitas Tanjungpura (Untan) menggelar pertunjukan musik (Street Gigs) dan Diskusi bertajuk "BEERISIK Vol 1".

Perhelatan berlangsung di Rumah Adat Melayu Kampung Caping dan Pasar Rakyat/Pasar Tengah, Kota Pontianak, Kalimantan Barat.

Dihadiri para penikmat serta para penggiat seni dari berbagai komunitas dan dimeriahkan dengan penampilan band berbagai genre.

Salah satu anggota panitia UKM Sarang Semut, Mario menyampaikan rangkaian kegiatan terdiri atas Diskusi dan Pertunjukan Musik (Street Gigs).

Diskusi dilaksanakan di Rumah Adat Melayu Kampung Caping pada 03 September, dan pada diskusi tersebut membahas tentang keberadaan ruang apresiasi dan ekspresi kesenian yang ada di Kota Pontianak.

Bukan hanya untuk seni musik, karena kesenian terdapat bermacam jenis seperti lukis, teater, tari, dan lain-lain.

'Dan acara puncak dari rangkaian kegiatan adalah BEERISIK Vol 1," tuturnya saat ditemui di Pertunjukan Musik (Street Gigs) Pasar Rakyat/Pasar Tengah.

Dijelaskannya mengapa pada acara puncaknya mengangkat issuenya di ruang publik salah satunya pasar tengah.

"Karena kita ingin mempertanyakan, apakah kita ini masih bisa dibilang eksinya itu dianggap apa tidak? dengan yang memegang kebijakan, sebenarnya itu pesan yang kita bawa," terangnya lagi.

Mario mengatakan didalam aksi ini ia turut mengandeng berbagai komunitas, dan penggiat seperti kerumunan, soundliar, aliansi parabocor, dan lain-lainnya.

Dan ada juga pihak sponsor yang turut membantu misalnya towget out dari beberapa hotel-hotel.

"Kalau untuk peralatan ini soundsystem dan lighting itu dari wirasuara kita kolaborasikan perlatannya dari tyo di fkip prodi seni Untan, dan sponsor-sponsor lainnya," urainya.

Ia berujar, kalau berbicara harapan sebenarnya banyak, ini cuma merupakan suara-suara kecil.

Untuk harapan lain-lain pada akhirnya adalah semua bisa punya poros untuk berkegiatan kesenian.

Jadi, sambung dia, pihaknya berkeinginan poros jika jaman dulu Taman Budaya (TB) digunakan untuk sharing, tukar pikiran, dan membuat produksi yang pada intinya membangun aksi kolektif pada ruang tersebut.

"Maka dari itu kita inginnya poros, poros untuk berkesenian. Dan tuntutannya tidak harus gedung yang megah, cukup layak dan bisa di fungsikan untuk kawan-kawan penggiat," pungkasnya. ***

Leave a comment